Happy reading
***
Hari libur akhirnya datang ketika menuju penghujung pekan. Hari ini adalah hari minggu di mana biasanya semua orang diliburkan dari pekerjaan masing-masing. Diyo telah bersiap-siap dengan kaos tanpa lengannya serta celana pendek selutut untuk mencuci motor pagi ini. Rey masih tertidur di tempat tidurnya, sepertinya masih kelelahan. Diyo sengaja tidak membangunkannya agar tidak mengganggu tidur lelaki itu.
"Diyo," panggil bunda di ambang pintu sembari memperhatikan Diyo yang sedang mencuci motor Rey.
"Iya bun?" Ia mendongak.
"Rey masih tidur?"
Diyo balas mengangguk. "Jangan dibangunin bun, kayanya kecapean."
Bunda Rey mengangguk, meski keheranan dengan anaknya yang tiba-tiba gampang lelah dan masih tertidur saat matahari telah melambung ke langit. Biasanya Rey akan langsung beraktifitas setelah sholat subuh, tidak seperti hari ini yang tidur kembali.
"Kamu sudah makan nak?" tanya bunda lagi.
"Nanti aja bun, nanggung. Ntar makannya bareng Rey aja," balas Diyo yang sedang melanjutkan pekerjaannya.
"Jangan lama-lama ya, nanti kena asam lambung."
"Iya bun."
Bunda memasuki rumah meninggalkan Diyo di halaman depan sibuk mengurus motor.
"Diyo."
Lagi-lagi Diyo menoleh, tetapi kali ini yang memanggilnya bukan bunda melainkan Rey yang berdiri di depan pintu.
"Kok lo udah bangun?" tanya Diyo.
Rey mengerutkan keningnya. "Lo mau gue ga bangun-bangun?"
"Bukan gitu anjir..."
"Tumben? Kerasukan apa lo tiba-tiba rajin?"
Diyo tidak langsung membalas ucapan Rey, lelaki itu masih sibuk mengelap motor yang baru saja selesai ia cuci.
"Motor lo udah jelek, kotor lagi, kasian. Gue cuma bantu buat dia glow up."
"Dih, jelek-jelek gitu berjasa ke lo. Tanpa motor itu lo ga bisa ke kampus."
Diyo tersenyum puas ketika menyelesaikan pekerjaannya, lalu menoleh ke arah Rey. "Karena itu gua bantu dia jadi good looking."
"Kalau ni motor kaga berjasa sama gue, ogah banget gue cuciin," lanjut Diyo.
"Serah lo dah." Rey meninggalkan teras rumah dan masuk ke dalam. Perutnya seperti meronta meminta jatah makanan, jadi ia harus segera mengisi lambungnya.
Setelah menyelesaikan dan merapikan semua barang yang ia gunakan untuk mencuci motor, Diyo masuk ke dalam rumah mengikuti Rey yang sudah masuk terlebih dahulu. Di dapur bunda Rey sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, sedangkan bunda sendiri sudah makan terlebih dahulu karena pagi ini ia ingin ke rumah temannya. Mungkin akan terlambat jika menunggu kedua lelaki remaja itu untuk makan bersama.
"Ayo makan, bunda mau keluar bentar," sahut wanita paruh baya yang masih tampak muda itu ketika melihat Rey dan Diyo memasuki dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya