Happy reading 💚
----
Mereka bertiga akhirnya sampai di parkiran dan mulai mencari motor dengan plat yang disebutkan Yora dibantu dengan ciri-ciri yang diingat oleh Doni.
"Heh nenek lampir, lo mau kita nyari tu motor di parkiran seluas ini?" umpat Doni mulai lelah.
"Lu tinggal nyari, ga usah banyak omong."
Doni berdecak kesal. Ia memutar pandangan ke bagian timur dari parkiran ini. Matanya tertuju pada sebuah motor yang mirip dengan motor yang sedang mereka cari. Motor itu baru saja terparkir di samping gedung fakultas, sebenarnya lokasi tersebut sudah bukan termasuk parkiran lagi. Namun, jika melihat si pengendaranya, tidak heran mengapa ia berani memarkirkan motor di tempat tersebut.
"Yora? Coba sebutin platnya lagi," ujar Doni.
Yora yang sedang mencari motor tersebut menoleh ke arah Doni. "3581," jawabnya.
Doni mengangguk, ia berjalan lebih dekat ke arah motor tersebut. Seseorang yang baru saja memarkirkan motor itu beranjak pergi setelah meletakkan helmnya di atas motor.
"Buset, itu motornya, kenapa gue gak ngeh itu motor siapa kemaren." Doni menepuk jidatnya.
"Motornya ketemu?" tanya Audira.
"Udah." Doni menunjuk motor tersebut.
"Motor itu?" Audira melirik platnya. Benar 3581, dan ciri-cirinya mirip dengan yang disebutkan Doni.
"Hooh, motor itu." Doni bergumam.
"Kita dalam masalah," sahut Audira.
"Benar," balas Doni.
Yora tak mengerti apa yang terjadi, bukankah bagus jika motornya sudah ditemukan? Lalu apa yang mereka lakukan? Hanya diam menatap motor yang sedari tadi mereka cari?
Gadis itu melirik jam tangannya, sebentar lagi kelas kedua akan dimulai. Ia tidak ingin mendapat masalah lagi, jadi lebih baik ia pergi sekarang.
Yora melirik Audira dan Doni, mereka masih saling diam dan tampak berpikir, kesempatan yang bagus. Yora memilih kabur dari parkiran secepat mungkin. Ia sudah terlalu banyak membantu, ia pikir itu sudah cukup.
Tepat 5 menit sebelum kelas dimulai, akhirnya Yora sampai di kelasnya. Tapi, kenapa pintu kelasnya tertutup?
Meski ragu Yora segera mengetuk serta membuka pintu kelas. Tapi, kenapa dosennya sudah ada di dalam?
"Kamu kelas ini?" tanya dosen itu.
Yora mengangguk kecil.
Sang dosen menatap Yora dengan tatapan tajam. "Tahu kamu telat berapa menit?"
"Maaf pak, bukannya kelas akan dimulai 5 menit lagi?" tanya Yora.
"Kelas saya dimulai 10 menit lebih cepat dari kelas lainnya."
Bagaimana Yora bisa tahu itu? Dosennya juga tidak memberikan kabar sebelumnya bahwa kelas mereka akan dimulai lebih cepat.
"Mau dibuat tidak hadir apa diberi hukuman?"
"Hukuman aja pak," spontan Yora.
"Berdiri di depan kelas dengan satu kaki."
Seisi kelas langsung tertawa dan langsung berbisik. Bagaimana tidak, mereka sudah menjadi mahasiswa tapi hukuman yang diberikan dosen itu seperti hukuman ketika berada di sekolah dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya