Happy reading 💚
¤¤¤
Akhirnya kegiatan belajar di kampus untuk para mahasiswa baru telah dimulai. Mereka tahu, ini adalah kegiatan awal bagi mereka untuk berperang dan memahami berbagai mata kuliah dari awal, tapi setidaknya hari pertama belajar tidak seburuk hari pertama ospek.
Seperti biasa, kelas dimulai dengan perkenalan, walaupun bosan rasanya sejak sekolah dulu setiap masuk ke jenjang baru para siswa selalu diminta memperkenalkan diri. Tapi itu semua harus dilakukan agar mereka bisa berkenalan satu sama lain dengan cepat, setidaknya sesama anak kelas. Perkenalan selalu menanyakan identitas seperti nama, asal sekolah atau SMA, tanggal dan tahun lahir serta tempat tinggal.
Kelas mereka, kelas Yora terdiri dari kurang lebih 45 mahasiswa, dan sekarang perkenalan sedang berjalan menurut absensi mahasiswa. Tentu saja Yora belum mendapat gilirannya, namanya berada di abjad yang termasuk deretan bawah.
Ia memperhatikan seorang gadis yang sedang memperkenalkan dirinya di depan sana. Dari yang Yora dengar namanya adalah Caca. Gadis yang cantik berperawakan tinggi kurang lebih sama seperti Yora, hanya saja Yora sedikit lebih pendek darinya. Memiliki senyum manis dan rambut panjang yang hitam.
Yora menaikan kepalanya dari posisi selonjorannya di meja, bukankah gadis itu yang Yora temui saat ospek?
Ahh benar, ternyata mereka bertemu lagi dan menjadi teman sekelas.
Caca menyelesaikan perkenalannya dengan senyuman manis. Setelah mengucapkan "Senang bertemu dengan kalian." Ia kembali duduk.
Yora menelungkupkan kepalanya. Malas rasanya. Lama kelamaan rasa malas itu berubah menjadi rasa kantuk yang sangat berat. Yora tidak bisa menahannya, memang tadi malam ia sempat begadang dan baru tidur jam tiga pagi entah untuk apa. Perlahan suara-suara perkenalan diri itu sayup, dan Yora tertidur.
¤¤¤
Sudah jam sembilan pagi, tapi belum jelas apakah dosen yang akan mengisi kelas hari ini datang atau malah tidak masuk kembali. Audira menghela napas berat. Ia kembali fokus kepada laptopnya, mengecek lagi file-file penting yang sedang ia urus.
"Masih penuh, yang mana lagi yang haru dihapus, " gumamnya. Audira menyenderkan tubuhnya lelah.
Ia mengambil sepotong roti yang sempat ia beli sebelum pergi ke kampus tadi pagi.
"Ck, ini lagi si Afni mana, file dia banyak banget lagi di laptop gue. Ntar kalau dihapus gitu aja dia marah-marah, ngamuk lah, padahal numpang doang. " Audira bermonolog.
Gadis itu melirik jam tangan pada pergelangannya. Kenapa hanya dia saja yang sudah berada di kampus? Padahal kelasnya dimulai 10 menit lagi. Apakah teman-teman kelasnya menganggap bahwa dosen itu tidak akan datang seperti biasanya? Tanpa perlu kabar dari si dosen?
Jemari gadis itu lagi-lagi sibuk dengan laptopnya, bagaimanapun juga penyimpanan laptopnya harus kosong sebelum kelas di mulai, karena laptop ini sangat dibutuhkan untuk tugas selanjutnya.
Audira membuka satu file yang penyimpanannya cukup besar, "Proposal Rey? " Gumamnya.
"Gak ada salahnya gue hapus, udah diprint juga."
Tanpa ragu Audira menghapus file tersebut.
"Yes, penyimpanannya udah cukup, " ujarnya senang. Ia menutup laptopnya dan beranjak dari taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya