Happy reading 💚
¤¤¤
Yora meneguk air mineral botol yang baru saja ia beli. Rasanya tenggerokan keringnya disirami air pegunungan, dinginnya menyegarkan tenggerokan yang terasa tandus. Matanya menyipit menahan air keringat yang terus bercucuran dari kening melewati mata.
Hari kedua, sama beratnya dengan hari pertama. Ditambah lagi ia harus berhadapan kembali dengan panitia ospek sang Audira senior yang tidak boleh dibantah itu.
Meski enggan menjadi anggota yang dikoordinasi oleh Audira, namun mata Yora sedari tadi tetap menekuni Audira yang sedang menjelaskan acara selanjutnya. Di depannya, kakak tingkatnya itu sedang menjelaskan dengan sangat detail, berdiri di tengah-tengah anggotanya yang membuat lingkaran.
"Jadi, saya akan membagikan frame ke masing-masing kalian, di mana frame ini akan kalian tempel foto masing-masing dengan kriteria yang sudah disebutkan tadi."
Audira mulai membagikannya.
"Ingat ya, hari ini jam 11.30 harus sudah selesai, kalian boleh mulai mengerjakannya setelah istirahat. "
Audira menyodorkan satu frame ke Yora. "Dan jangan membuat ulah lagi, " ujarnya.
Yora mengambil pemberian Audira tanpa peduli apa yang gadis itu ucapkan. Ia memperhatikan bingkai aneh yang sudah dibuatkan panitia untuk para peserta ospek. Papan besar melebihi lebar tubuhnya, dengan tali yang menggantung di atasnya, diberi bingkai dari kain perca warna warni, dengan bagian tengah yang kosong untuk diisi foto dan identitas peserta.
"Kalian boleh mulai mencari tempat yang sekiranya bagus, dan mengambil selfi. Jangan lama-lama, ingat kita harus hemat waktu. Saya juga tidak mau jika maba-maba yang saya koordinasi terlambat berkumpul nantinya, jangan mempermalukan saya." Audira melenggang pergi setelahnya.
Lingkaran tersebut mulai bubar dan mencari tempat-tempat yang sekiranya cocok dan berada di sekitaran lokasi ospek untuk mendapatkan foto selfi yang bagus pula.
Yora beranjak dari duduknya setelah yang lain telah pergi dari tempat mereka masing-masing. Gadis itu berjalan ke arah selatan lapangan, mungkin saja ada tempat menarik di sana.
"Kapan ini berakhir? " Yora menghela napas malas.
Di pinggir lapangan yang luas ini, ada pohon yang tidak diketahui Yora namanya, pohon itu memiliki ukuran daun yang kecil sehingga terlihat imut. Ia akan mengambil foto di sini saja, selain malas mencari tempat lain, di sini cukup sepi dan Yora suka itu.
Baru saja Yora mengambil posisi dan mulai bergaya siap untuk berfoto, pundaknya terdorong dari belakang sehingga ia hampir saja tersungkur. Hal itu membuatnya menoleh.
"Ehh,, maaf. Aku ga tau ada orang di belakang aku, " ucap seorang gadis yang berpakaian sama dengannya.
Gadis itu juga memegang ponsel dengan layarnya yang menunjukan kamera. Atribut aneh yang ia gunakan tidak jauh berbeda dari Yora.
"Iya, gapapa," jawab Yora.
"Beneran gapapa kan? Aku beneran ga sengaja loh," ucapnya lagi.
"Iya. " Yora tersenyum berusaha meyakinkan gadis itu.
"Hehe, sekali lagi maaf ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya