Happy reading
---
"Sejak kapan lo punya pacar?" tanya Rey saat mereka sudah di parkiran.
"Sejak hari ini." Diyo turun dan melepas helmnya.
"Siapa pacar lo?"
Diyo tidak langsung menjawab. Dia memperhatikan seseorang yang lewat di depan parkiran dan berjalan masuk ke dalam fakultas.
"Tuh," ujar Diyo dan beranjak meninggalkan Rey, ia berjalan mendekati Yora.
Yora berjalan sembari membaca buku yang berisikan catatan tentang ujiannya hari ini. Saat sedang fokus memahami catatannya, tiba-tiba buku itu ditarik oleh seseorang.
"Eh?" Dia menoleh ke samping.
"Lo hampir nabrak tiang," ujar Diyo.
Yora mengalihkan pandangan ke depannya, benar saja ada tiang penyangga atap parkiran yang hampir ia tabrak dan sudah berjarak beberapa senti meter di depannya.
Yora hanya bisa terkekeh menahan malu, bagaimana jika Diyo tidak mengingatkannya maka malunya akan lebih bertambah.
"Kelas ga jauh, jangan baca buku di jalan kaya gini." Diyo mengembalikan buku gadis itu ke pemiliknya.
"Iya makasih ya."
"Ujian ya?"
Yora mengangguk.
"Cie ambis," ejek Diyo mengingat bagaimana malasnya Yora belajar saat mereka masih SMA.
Yora memasang wajah kesalnya. Ia juga tidak lupa bagaimana nilainya yang selalu pas-pasan dulu ketika tidak pernah belajar sebelum ujian.
"Kan kamu yang buat aku ambis kaya gini."
Diyo terkekeh. "Bukan, diri lo sendiri yang mau."
"Tetap aja kamu yang bantuin." Yora tersenyum.
Entah kenapa senyum itu terlihat sangat manis bagi Diyo. Dia merasa senang Yora menganggapnya bagian dari perubahan pada diri gadis itu.
"Semangat ya ujiannya." Diyo menepuk kepala Yora pelan.
Semburan hangat langsung menghampiri pipi Yora. Ia menunduk sejenak sebelum tersenyum kembali ke arah Diyo. Tidak bisa dipungkiri gadis itu tidak bisa menyembunyikan senyumannya ketika diperlakukan seperti ini oleh Diyo.
"Kalau nilainya bagus kasih tau gue."
"Buat apa?" tanya Yora.
"Buat diapresiasi."
Yora menautkan kedua alisnya. "Ngapain? ini cuma ujian tengah semester."
"Ya gapapa, harus diapresiasi. Walaupun cuma UTS kan ada perjuangan belajarnya sampe hampir nabrak tiang."
Yora mengeram. "Ihh, ga usah dibahas lagi."
Diyo terkekeh. "Kalau benjol tadi ga bisa mikir di kelas."
"Udah ih, ngejek mulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya