[THIRTY SIX]

87 22 1
                                    

Happy Reading ❤️

  ***

Hari kembali berganti, Diyo sedang menunggu Ziko sadar. Sudah dua hari setelah menjalani operasi, tapi Ziko belum menandakan akan sadar dari pingsannya. Pikiran Diyo tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi pada temannya itu.

Hari ini Diyo menjaga Ziko sendirian, ibunya Ziko pulang untuk mengambil keperluan-keperluan yang akan dibutuhkan Ziko setelah sadar nanti. Diyo menghela napas, kenapa Ziko selalu membuatnya menunggu. Apa tidak cukup hilang kabar selama beberapa tahun, dan tiba-tiba Diyo malah mendapat kabar buruk tentang keadaan Ziko.

"Lo harus sadar Ko, gue kesel sama lo," ujar Diyo bermonolog.

"Gue kesel lo ngilang gitu aja."

Diyo menatap wajah pucat Ziko. "Lo tau kan gue pernah bilang, gue ga punya banyak teman?"

"Gue ga punya banyak teman, lo salah satu teman yang gue punya tapi lo nganggep gue sebagai teman lo ga sih? Kenapa lo ga kepikiran sekali aja buat ngabarin gue?"

Lagi-lagi Diyo menghela napas pelan. "Lo harus nebus kesalahan lo, bangun Ziko." Ia menunduk untuk menahan air matanya. Melihat wajah Ziko yang begitu pucat membuat Diyo ikut lemas.

"Lo ngajak gue ketemu mau pamerin kampus lo ya?" Diyo terkekeh. "Kayanya lo masuk kampus unggulan? Jurusan apa Ko? Kedokteran?" Lelaki itu menepuk pelan bahu Ziko sembari tersenyum.

"Gue bangga dengan apapun pencapaian lo. Gue bangga punya temen pinter kaya lo. Lo bangga ga punya temen kaya gue? Gue kan ga kalah pinter sama lo." Diyo kembali terkekeh.

Namun detik berikutnya senyuman itu memudar ketika Diyo sadar dengan keadaan yang sedang dilalui Ziko saat ini.

"Kita masih punya waktu kan?"

Hening. Sejak tadi Diyo hanya berbicara sendiri. Ia sedang menahan diri dari kekhawatirannya agar lebih tenang untuk melewati keadaan ini.

"Lo mau apa? Gue bakal lakuin apa aja buat lo, Ziko."

Diyo menatap wajah Ziko yang masih menutup rapat matanya. Lelaki itu merasa seperti pernah mengatakan hal ini, perasaan yang ia rasakan ketika mengatakan ucapan seperti itu juga seperti pernah dirasakannya.

Diyo baru menyadari ia pernah mengatakannya kepada Rey saat mereka baru mengetahui penyakit Rey. Ia baru sadar bahwa dirinya melupakan keadaan Rey selama beberapa hari. Diyo terlalu fokus dengan Ziko sehingga lupa bahwa Rey juga membutuhkannya di lain tempat.

Namun, jika Diyo pergi sekarang, tidak ada yang menjaga Ziko di sini. Ia memilih untuk menunggu ibu Ziko kembali ke rumah sakit dan setelah itu barulah Diyo akan mengunjungi Rey di rumah sakit lain. Diyo mengecek ponselnya yang ternyata sudah mati total dalam beberapa hari. Bahkan ia lupa bahwa dia memiliki ponsel yang belum diisi baterainya. Bukan hanya itu, Diyo seperti baru tersadar dan ditarik ke kehidupannya kembali. Ia baru ingat bahwa dia sudah tidak masuk kelas hari ini dan kemarin.

Tak lama ibu Ziko kembali dari rumahnya. Setelah ibunya Ziko sampai di ruangan, Diyo segera pamit untuk pulang sebentar. Diyo juga meminta ibu Ziko menghubunginya jika Ziko sadar.

***

Sebelum ke rumah sakit, Diyo mampir di swalayan untuk membeli beberapa minuman karena dirinya cukup lelah dan kurang istirahat selama beberapa hari terakhir. Selain itu Diyo juga berhenti untuk mengisi baterainya.

Walk in Destiny ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang