Happy reading
***
Drtt..drtt...
Dira merogoh tasnya mencari benda yang bergetar menandakan ada panggilan masuk. Ketika layarnya diketuk, tampilan khas panggilan masuk dengan nama kontak "Mama" tertera di sana. Tanpa pikir panjang gadis itu mengangkat panggilan dari mamanya tersebut.
"Halo Ma?"
Doni melirik Audira yang berdiri tidak jauh dari posisinya, kemudian melirik jam tangan pada pergelangannya. Ini sudah terlalu sore, sepertinya Dira akan disuruh pulang oleh mamanya.
"Bentar lagi ma," ucap Dira sedikit berbisik karena sedang berada di klinik, takut ada pasien lain terganggu.
"Kenapa?" tanya Doni penasaran.
Dira meletakkan jari telunjuknya di depan bibir menyuruh Doni diam dulu hingga ia menyelesaikan panggilannya.
"Iya deh iya," ujar gadis itu lagi kemudian telpon ditutup.
"Kenapa Dir? Itu nyokap lo?"
Pertanyaan Doni dibalas anggukan oleh Dira. "Ck, gue disuruh pulang."
"Pulang aja," sahut Diyo yang menyenderkan diri di depan pintu ruang rawat.
"Tapi kan Rey belum sadar."
"Ntar gue kabarin," balas Diyo.
"Tapi-"
"Lo di sini juga ga bantu dia sadar lebih cepat kan?"
Omongan Diyo membuat Dira terdiam. Meski begtu, tetap saja gadis itu ingin menemani Rey hingga ia sadar dari pingsannya.
"Lo mau durhaka cuma karena nemenin Rey?" celetuk Doni membuat Dira menatapnya dengan jengkel.
Mengapa orang-orang tidak mengerti maksud dirinya yang hanya ingin menemani Rey? Batin gadis itu berbicara.
"Lagian ada Diyo yang jagain Rey, mending lo pulang sebelum diusir," tambah Doni.
"Ck iya iya. Lo sendiri?"
Doni tersenyum cengengesan. "Gue kan nebeng ama lo, kalo lo pulang berarti gue harus pulang juga."
Ketengilan Doni membuat Dira menaikkan sebelah bibir atasnya jengkel. "Nyinyinyi, ada maunya aja senyam-senyum lo."
"Jangan marah-marah, ntar cantiknya ilang loh," goda Doni.
"Bodo amat."
"Mau sampe kapan kalian berantem di depan ruangan rawat kaya gini?" Diyo menatap keduanya dari posisinya sembari melipat kedua lengan.
"Temen lo sih, ngeselin banget. Yaudah gue pulang ya, kabarin tentang Rey ntar."
Diyo hanya mengangguk.
"Gua juga pamit ya bro, kabarin ntar." Doni menyusul Dira yang sudah berjalan duluan ke luar klinik.
Kini tinggal Diyo sendiri di depan ruang rawat Rey. Ia membalikkan tubuh menatap ke dalam ruangan, Rey masih tertidur di ranjangnya. Sebenarnya apa yang terjadi kepada teman serumahnya itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya