Happy reading:)
---
"Ya ampun kalian ini, udah malam malah ribut, kaya anak kecil ih."
Rey melepas cengkraman nya pada laptop Diyo, begitu juga Diyo yang menghentikan aksi rebutannya.
"Bunda ga tidur?" tanya Rey.
"Gimana bunda bisa tidur? Kalian gaduh gini," ujar bunda Rey.
"Maaf bun," ucap keduanya kompak.
"Apalagi masalahnya kali ini?"
"Diyo tuh! Pelit, pinjem laptop aja kagak boleh," adu Rey seperti anak kecil kepada bundanya.
"Siapa suruh lo ga hargain privasi gua?" balas Diyo sedikit menyolot.
"Gue belum baca juga, baperan lo kaya perawan."
"Liat bun, minjem gatau diri," balas Diyo mengadu juga.
"Oke udah-udah. Sama aja ya kalian berdua, udah gede masih aja kaya anak TK rebutan mainan."
Bunda Rey mengambil laptop Diyo, "Ga ada tugas-tugasan malam ini, tidur kalian berdua. Laptopnya bunda sita sampai besok," ujar bunda.
"Emm bun, jangan dibaca email Diyo."
Bunda tersenyum kecut. "Bunda ga kaya Rey."
Diyo tersenyum meledek ke arah Rey. "Bundanya baik, kok anaknya gini," ujarnya.
"Diem lo curut."
"Bun, itu tugasnya dikit lagi, besok dikumpul, ya, bentar doang pinjem laptopnya bun." Rey berusaha melakukan sedikit negosiasi agar tugasnya juga bisa selesai malam ini.
"Ga, ga ada tugas, mau bunda hapus tugasnya atau tunggu sampai besok?"
Ancaman bunda sukses membuat Rey menggeleng, "Jangan bun, iya besok aja dah."
Diyo terkekeh, ia lebih suka sisi ciut Rey karena ancaman bundanya daripada sisi lemah Rey tadi siang.
"Ngapain ketawa lo?"
"Dih, siapa yang ketawa, gue mau tidur." Diyo beranjak ke atas tempat tidur.
"Udah jangan berantem lagi, tidur sana." Bunda keluar dan menutup kamar mereka.
Rey merebahkan badannya kesal di kasur bawah.
"Tidur bocil," ujar Diyo.
"Bocil pala lu, gegara lo tugas gue jadi ga jadi selesai."
"Udah mba jangan marah- marah terus, lagi pms ya." Diyo terkekeh puas.
Brukhhh!
Sebuah bantal cukup berat mendarat di atas wajah Diyo. Diyo masih saja sempat tertawa meski hidungnya sedikit perih dan hampir patah rasanya, tapi ia puas karena telah membuat Rey jengkel.
"Duh, beneran pms mbanya hahahaha," kekehnya.
Rey tidak menggubris lagi dan memilih untuk tidur saja daripada harus meladeni seseorang Diyo yang menyebabkan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya