Happy reading💙
---
"Minggir gak lo?!"
"Kaga, gua duluan pokoknya!"
"Udah bosen hidup damai lo?"
"Bodo amat anjir!"
Aksi dorong mendorong masih berkelanjutan di depan kamar mandi yang hanya menjadi saksi bisu di antara keduanya.
"Gua aduin bunda nih?"
"Aduin sono!"
"Anjir minggir gua bilang"
"Ogah, gua duluan yang masuk"
"Lo mau kita sampe kapan kaya gini?" Rey mulai menyerah karena capek mendorong badan Diyo sedari tadi. Tenaganya sudah terkuras sebagian untuk berolahraga dan ia harus melawan Diyo yang masih segar baru bangun tidur.
"Sampe lo ngalah lah," jawabnya.
"Ngga akan kalo gitu." Rey kembali mempertahankan posisinya.
"Yaudah gua ga keberatan kek gini seharian." Diyo terkekeh dengan posisi kaki sebelah kirinya yang sudah berhasil masuk kamar mandi.
"Anjir curang, lo sengaja ngajak gua ngomong biar bisa masukin kaki lo?"
"Lah?? lo aja goblok, minggir!"
"Ga usah mimpi, gua yang bakal mandi duluan."
"Gua lah-"
"Gua-"
"Astaghfirullah kalian ngapain??"
Keduanya menghentikan aksi dorong mereka ketika mendengar suara bunda yang sudah berada di depan mereka berdua.
Rey dan Diyo langsung menghentikan aksi rebutan kamar mandi dan berdiri malu melihat siapa yang berada di samping bunda dan hanya menatap mereka berdua dengan heran. Siapa lagi kalau bukan Yora, gadis yang dipaksa bunda untuk sarapan bersama di rumahnya.
"Ngapain sih? rebutan kamar mandi?" tanya bunda lagi.
Rey dan Diyo saling tatap.
"Ngga kok bun," jawab Rey sambil menggaruk tengkuknya.
"Bener engga?" tanya bunda memastikan.
"Ngga bun, Rey nanti aja mandinya, iya kan?" Diyo langsung masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.
"Gua duluan woi!" Lelaki itu memukul kesal pintu kamar mandi, meskipun sia-sia karena Diyo pasti akan menghiraukannya.
Bunda menggeleng pelan, lagi-lagi kedua anak itu bertingkah layaknya anak kecil yang selalu berebutan. Bunda tidak habis pikir jika mereka terlahir sebagai anak kembar, bagaimana ributnya rumah dengan kelakuan mereka.
"Maaf ya Yora, kamu baru datang malah lihat pemandangan kek gini. Sini sayurnya biar bunda simpan."
"Eh iya bun," ujar Yora dan memberikan sayur dan beberapa bahan yang ia bawa. Mereka menyempatkan diri untuk mampir di toko sayur dan membeli beberapa bumbu untuk memasak sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya