[SIX]

619 100 9
                                    

Happy reading💚

---


"Siapa yang nyuruh lo ambil proposal itu dari Alez?"

Yora masih diam, sejak Diyo membawanya tadi. Sebenarnya banyak yang ingin ia tanyakan kepada lelaki itu, tapi entah kenapa bibirnya masih kaku bahkan hanya untuk menyapa Diyo. Bagaimana tidak, sudah satu tahun sejak insiden di SMA lamanya, mereka tidak pernah berkomunikasi lagi.

Diyo dan Yora bertemu di SMA, mereka satu sekolah, bahkan menjadi teman dan pernah melakukan misi bersama. Hingga akhirnya Yora dikeluarkan dari SMA nya bersama Ziko-salah satu teman dekatnya- setelah itu mereka bertiga tidak pernah terkait komunikasi apa pun, tidak tahu kabar satu sama lain dan kini Yora dipertemukan kembali dengan Diyo tetapi sebagai juniornya.

Diyo masih menunggu jawaban Yora, ia tidak akan melepaskan orang yang seenaknya menyuruh gadis itu berurusan dengan seorang Alez.

"Apa kabar?" tanya Yora tiba tiba.

Bahkan Diyo hampir lupa bahwa mereka baru bertemu lagi setelah sekian lama. "Baik, lo?"

Yora hanya mengangguk.

"Kenapa lo bisa jadi junior gue?" tanya Diyo.

"Eum itu..."



S

atu tahun yang lalu, Yora mengalami kecelakaan sehingga membuatnya harus mengenakan kursi roda selama beberapa bulan. Mau tidak mau dirinya harus ikut bersama tantenya, bagaimana pun juga harus ada yang merawat dirinya setidaknya hingga ia sembuh.

Bahkan berdiri saja Yora tidak bisa, jadi ia pasti membutuhkan bantuan orang lain untuk membantunya sehari-hari.

Yora dikeluarkan dari SMA nya karena sebuah masalah yang tidak ingin ia ingat kembali. Tantenya memindahkan dirinya ke sebuah SMA di Jakarta. Selama penyembuhan dan kontrol tantenya memang selalu menemani Yora. Hingga ia bisa berdiri kembali setelah 3 bulan lamanya. Setelah itu tantenya kembali ke rutinitas biasanya yaitu bekerja di negara orang lain, Singapura, dan meninggalkan keponakannya sendiri di Jakarta.

Yora adalah gadis yatim piatu, ibunya meninggal ketika ia masih menduduki bangku SMP, setelah itu ia tinggal bersama kakaknya yang sudah SMA di rumah mereka, dengan biaya hidup yang selalu di transfer oleh tantenya karena Yora tidak memiliki keluarga lain di sana.

Yora pikir hidupnya akan baik-baik saja selama ia bersama kakaknya. Namun, hidupnya mulai berantakan saat SMA. Kakaknya mengalami koma tanpa tahu sebabnya, karena saat itu kakaknya pergi begitu saja dari rumah. Tidak ada yang tahu penyebabnya, sayangnya kakaknya tertidur selama tiga tahun, dan pergi ketika dirinya sedang berada di kelas dua belas.

Semenjak itu hidup Yora semakin hampa, walaupun ia tinggal bersama tantenya tapi tetap saja rasanya ia tidak memiliki keluarga lagi. Ayahnya yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya, mamanya dan kakaknya yang pergi meninggalkannya.

Saat pindah SMA, pihak sekolah tidak menerima Yora di kelas dua belas, karena waktu yang sudah mepet dengan Ujian Nasional. Pihak sekolah takut jika Yora tidak bisa menyesuaikan.

Maka, Yora harus mengulang satu tahun di kelas sebelas dan ikut ujian nasional tahun depannya. Itulah sebabnya ia berada di angkatan berbeda dengan Diyo.

---


Audira kembali menghubungi Diyo, tapi temannya itu masih belum mengangkatnya.

"Ahhh, ngeselin banget si Diyo. Telpon gue ga diangkat-angkat." Dira mematikan ponselnya dengan kesal.

"Bukan cuma Rey, Diyo juga bakalan marah sama lo hahahha." Doni berseru dari belakang, sejak tadi ia membuntuti Audira untuk berjalan ke parkiran.

Walk in Destiny ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang