Happy Reading ❤️
***
Diyo membuka gorden besar yang menutupi akses pintu ke balkon kamarnya. Yora mengikutinya dari belakang. Pintunya dibuka, dan mereka berjalan ke balkon. Pemandangan dari kamar ini sangat bagus, disuguhkan lampu-lampu rumah lain dan semilir angin yang menyapa mereka. Yora kagum melihat pemandangan dari balkon ini. Sudah dia duga kamar Diyo adalah tempat yang nyaman.
"Biasanya kalau lagi stress gue suka berdiri di sini, cuma ngeliatin pemandangan bawah."
Tidak heran jika tempat ini bisa membantu meredakan stress. Yora menikmati angin malam yang menerpa wajahnya. Rambut gadis itu mengikuti gerak angin.
"Wah keren banget," ujar Yora. Dia benar-benar mengagumi tempat itu.
Diyo tersenyum ketika melihat Yora menyukainya. Wajah Yora lebih ceria dari sebelumnya. Syukurlah dia mulai melupakan kejadian tadi.
Di saat Diyo sedang menatap Yora dari samping tiba-tiba gadis itu menoleh ke arahnya membuat Diyo sedikit kikuk karena ketahuan diam-diam memperhatikan Yora.
"Makasih ya," ujar Yora tiba-tiba.
"Makasih?"
"Makasih buat semuanya." Yora tersenyum ke arah Diyo. "Makasih udah selalu ada waktu aku butuh."
"Maaf juga aku selalu nyusahin kamu." Gadis itu merasa menjadi beban bagi Diyo.
Diyo memperhatikan mata Yora yang selalu tulus jika mengucapkan kata terima kasih. Diyo jarang mendapat tatapan seperti itu dari orang lain. Karena itu dia ingin selalu bisa membantu Yora jika gadis itu membutuhkan. Diyo juga tidak pernah merasa terbebani dengan membantu Yora.
"Ra." Diyo mengambil tangan Yora dan menggenggamnya. "Ga tau sejak kapan gue ngerasain ini, gue selalu pengen jagain lo ga tau kenapa. Gue ga pernah merasa susah kalah bantuin lo. Gue seneng kalau liat lo seneng."
Yora mendengarkan Diyo dengan seksama.
"Dari dulu gue mikir, kenapa gue senang tiap ketemu lo, kenapa gue selalu pengen ada di sisi lo, kenapa gue ga suka lo diganggu orang. Gue ga tau alasannya dari awal."
"Tapi kayanya gue baru sadar sekarang alasannya apa," lanjut Diyo.
"Apa?" tanya Yora penasaran.
Diyo menatap pupil yang menunjukkan rasa penasaran di matanya. Wajah Yora terlihat lucu ketika penasaran seperti itu.
"Karena..." Diyo sengaja menggantung ucapannya.
"Apa??"
"Ga jadi deh." Lelaki itu melepas tangan Yora.
Yora mengerutkan keningnya kesal, kenapa Diyo harus membuatnya penasaran jika tidak ingin memberitahu dirinya.
Yora menarik ujung baju Diyo. "Kamu ngeselin banget."
"Hahaha penasaran banget ya?"
"Males ah." Gadis itu melepasnya dan berpaling ke depan. Ia menatap pemandangan malam dengan wajah cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya