Happy Reading
---
Diyo menyeruput pelan sisa kopi yang ada di gelasnya. Ia melirik jam pada pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Lelaki itu melirik suasana di luar kafe yang tampak ramai. Ponselnya tiba-tiba bergetar mengalihkan pandangan lelaki itu. Ternyata ada panggilan masuk dari Rey. Diyo segera mengangkatnya."Halo?"
"....."
"Hah?"
Setelah mendengar kabar dari panggilan itu Diyo segera berlari keluar kafe untuk mencari kendaraan yang bisa membawanya segera untuk menyusul Rey. Diyo memilih untuk naik ojek daripada memesan taksi karena takut terkena macet di malam hari yang jalannya sangat padat oleh kendaraan.
Setelah menempuh sekitar perjalanan sekitar sepuluh menit, akhirnya motor dari ojek yang ia tumpangi berhenti di depan klinik umum tempat di mana Rey dibawa oleh beberapa pengunjung pasar malam yang menemukannya pingsan tadi. Mereka menghubungi nomor terakhir yang ditelfon oleh Rey, untung saja itu adalah nomor Diyo.
Setelah membayar tumpangannya, Diyo segera masuk untuk mengecek keadaan Rey. Ia menemukan Rey yang sedang dirawat oleh perawat. Rey masih belum sadarkan diri, di sebelah tempat tidurnya ada beberapa kapas bekas yang digunakan untuk membersihkan darah dari hidung Rey dan diletakkan di dalam wadah. Darahnya masih sama seperti kemarin, sukar berhenti. Hal itu membuat Diyo semakin khawatir. Diyo menghampiri ranjang Rey.
"Mas kenalan pasien?" tanya perawat itu.
Diyo mengangguk.
"Sepertinya kondisinya cukup serius, mimisannya ga mau berhenti sejak tadi."
"Apa udah diperiksa dokter?"
"Belum mas, dokter lagi menangani pasien yang lain. Saya disuruh bersihin darahnya dulu tadi."
Bersamaan dengan itu sang dokter datang dan langsung menggantikan posisi di mana si perawat berdiri.
"Loh masih belum beres?" tanya dokter itu heran melihat darah yang masih mengalir dari hidung Rey.
"Darahnya belum berhenti bu," balas si perawat.
Dokter itu mulai memeriksa keadaan Rey. Wajahnya terlihat tidak yakin saat akan mendiagnosa pasiennya yang satu ini. Tak lama, ia menatap Diyo berharap mendapat informasi tentang pasien.
"Anda kenalan pasien?"
"Iya dok."
"Apa pasien punya penyakit yang sudah didiagnosa dokter sebelumnya?"
Diyo mengangguk.
"Boleh ikut ke ruangan saya? Saya akan menanyakan beberapa hal tentang pasien."
Lagi-lagi Diyo mengangguk. Dokter tersebut meminta perawat untuk lanjut membersihkan darah Rey, dan dia mengajak Diyo untuk membahas kondisi Rey di ruangannya.
---
Malam tadi Diyo tidak tidur sama sekali. Ia menemani Rey sejak masuk klinik dan dirujuk ke rumah sakit tempat di mana Rey didiagnosa menderita kanker darah. Dokter yang mengawasi penyakit Rey menyarankan agar Rey jangan pulang terlebih dahulu dan menjalani rawat inap. Dokter itu juga menyarankan untuk segera memulai kemoterapi serta radioterapi jika Rey sudah sadarkan diri. Kondisi Rey semakin serius karena sudah berada di stadium akhir. Jika dibiarkan maka tidak ada yang tahu bagaimana nasibnya.
Diyo meminta bantuan Doni untuk meyakinkan bunda bahwa dia dan Rey menginap di rumah Doni. Diyo belum siap memberitahu bunda Rey tentang kondisi puteranya. Ia berharap Rey segera sadar dan memberitahu sendiri tentang keadaannya kepada bunda. Bunda percaya bahwa mereka sedang berada di rumah Doni, meski ia harus menjawab beberapa pertanyaan dari bunda seperti kenapa tiba-tiba ingin menginap di sana, dan lainnya. Rey harus segera sembuh sebelum bunda mengetahui kondisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya