Happy Reading
***
"Yora," panggil Caca.
Yang dipanggil menoleh, memberikan ekspresi bertanya "Ada apa?"
Caca duduk memutar bangku yang ada di depan meja dan mendudukinya sehingga ia bisa menghadap ke arah Yora.
"Kamu gapapa kan?" Tanya Caca.
"Emang aku kenapa?"
"Emm" Caca diam sejenak, "Kamu ga nyadar tatapan anak kelas ke kamu mulai beda?"
Yora hanya diam tidak menggubris, sebenarnya bukan tidak sadar. Ia termasuk orang yang sangat peka dengan perubahan yang terjadi pada orang-orang di sekitarnya. Namun, Yora tidak tahu harus melakukan apa agar mereka percaya bahwa Yora bukanlah perempuan seperti itu, semuanya hanya kesalahpahaman.
"Kamu juga ga percaya sama aku?" Yora menatap Caca menunggu jawaban.
"Ga-ga percaya gimana?"
Yora menarik napas. "Menurut kamu aku bakal ngelakuin hal kaya gitu? Menurut kamu aku kelihatan kaya cewe yang begitu?"
Caca mencermati perkataan Yora. Ia paham maksud gadis itu. "Engga lah, kamu ga kelihatan kaya gitu kok. Aku yakin ini cuma salah paham. Makanya aku ga jauhin kamu kaya yang lain."
Yora terlihat senang mendengar jawaban dari Caca. "Makasih udah mau percaya," ujarnya tulus.
Caca mengangguk. "Tapi, apa kamu ga risih apa ditatap seolah-seolah penjahat. Lihat cara mereka ngeliatin kamu."
Yora melirik sekilas orang-orang yang dimaksud Caca. "Aku ga butuh tatapan mereka, yang penting masih ada orang-orang yang bisa percaya sama aku."
Caca kagum melihat reaksi Yora. Tetapi menurutnya itu bagus untuk Yora, dengan tidak terlalu memikirkan orang lain maka perasaan nya akan lebih tenang.
"Terus kamu bakal diam dan nerima gitu aja gosipnya?"
"Menurut kamu aku harus apa?" Tanya Yora.
"Ya.. Kamu bisa bantah mereka. Kamu bisa bilang kalau kamu ga ngelakuin itu Yora."
"Emangnya bakalan ada yang percaya? Bukannya mereka malah menganggap aku nyari pembelaan?"
Benar juga apa yang dikatakan Yora.
"Jadi kamu mau diam aja?"
Yora mengangguk. "Kayanya itu yang terbaik."
"Hmm,, yaudah deh kalo itu emang maunya kamu, jangan dengerin kata mereka. Tetap jadi diri kamu, ok?" Caca tersenyum manis.
Senyum Caca berhasil menular kepada Yora, gadis itu ikut tersenyum.
***
"Yo, lihat mouse laptop gue ga?" tanya Rey yang sedang mengobrak abrik laci meja.
Diyo yang sedang rebahan melirik sekilas, lalu menggeleng. Pasalnya ia sangat enggan menyentuh barang kesayangan Rey yang bersangkutan dengan laptop. Jika terjadi sesuatu yang tidak sengaja Diyo lakukan kepada barangnya, Rey akan marah besar. Jika Rey sudah serius, Diyo bahkan tidak berani menatap matanya.
"Kemana dah?"
Rey masih belum menyerah mencari benda tersebut, ia bahkan sampai memanjat untuk mengecek bagian atas lemari, kalau-kalau tidak sengaja diletakkan di atas sana. Namun, tetap saja barang tersebut tidak ditemukan.
"Buat apa sih?" tanya Diyo yang mulai terusik dengan kehebohan Rey.
"Gue mau ngedit pamflet, ga enak kalau ga pake mouse."
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya