[TEN]

568 86 12
                                    

Happy reading💚

---

"Sayurnya berapa buk?"

"Tiga ikat lima rebu doang," jawab si ibu penjual sayur.

"Saya beli tiga deh." Bunda mengeluarkan dompetnya dari saku untuk membayar sayur yang sudah dibungkus oleh penjualnya itu.

Baru saja dibukanya dompet tersebut, dengan cepat seseorang yang entah berasal dari mana merebut dompetnya dan membawanya lari.

"Hei!!! Copettt!!!!" teriak bunda yang kaget akan aksi orang tersebut.

Suasana pasar yang sangat ramai membuat sang copet dengan mudah bersembunyi dan menyelip di antara orang banyak. Namun tidak sedikit pula orang yang membantu bunda mengejar sang copet.

"Tolong! Dompet saya!" teriak bunda lagi. Seketika pasar sayur tersebut menjadi gaduh dan dipenuhi aksi kejar-kejaran.

Lelaki yang mengambil dompet tersebut sudah berlari jauh di depan para pengunjung pasar yang mengejarnya. Dirinya pun sudah tidak lagi berlari di dalam keramaian, melainkan sudah hampir mencapai area luar pasar. Ia menoleh ke belakang dan tersenyum ketika mendapatkan orang-orang yang mengejarnya tertinggal jauh.

"Woi! Berhenti!" teriakan mereka sudah tak terdengar jelas olehnya.

Namun...

Brukhhh!

"Awh!"

Seseorang bertabrakan dengan dirinya membuat keduanya jatuh terjerembab di atas tanah basah pasar.

Orang yang ditabrak sang copet itu berdiri dengan misuh. "Heh mas, kalau di pasar jangan lari-larian, dikira lapangan apa?"

Si copet menghiraukan ucapan orang yang sudah ia tabrak dan berdiri untuk kabur dari pasar sebelum ia ditangkap masa dan dihajar hingga babak belur.

"Ehhh mau kemana ha? Ga sopan banget!" Yora menarik jaket orang yang tidak ia ketahui bahwa profesinya adalah pencopet.

"Minta maaf kek, udah salah malah kabur," omelnya lagi, ia menggenggam kuat jaket lusuh si copet.

"Copet woi!!"

"Lepasin!" gertak lelaki itu ketika Yora tidak kunjung melepas cengkraman pada jaketnya.

"Mba dia copet!" teriak beberapa orang yang berlari ke arah mereka.

Yora melototi orang yang ia tahan, pantas saja orang ini buru-buru, batinnya.

"Copet ya mas? Ga ada kerjaan lain apa? Ga halal tau."

"Diam lo!" Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan mengarahkannya ke arah gadis di depannya.

Yora terdiam menatap benda tajam yang kini berjarak dekat dengan hidungnya.

"Lepasin ga?! Mau macam-macam?" ujarnya dengan ancaman.

Perlahan Yora melepas genggamannya yang berada di jaket orang itu, tapi ia tidak kehabisan ide. Ditendangnya sumber kehidupan si copet sehingga orang itu meringis kesakitan dan pisaunya terlepas begitu saja.

Walk in Destiny ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang