[TWENTY TWO]

322 57 6
                                    

Happy Reading

---

Yora menghentikan jemarinya yang sedang men-scroll percakapan dalam grup chat angkatan. Ia menghela napas untuk yang kesekian kalinya, gadis itu kembali menggulir pesan-pesan itu dan mengecek foto yang disebarkan di dalam grup tersebut. Entah sudah berapa lama Yora memperhatikan foto-foto itu. Nomor yang menyebarkannya juga sudah tidak aktif dan tidak berada di dalam grup chat angkatan. Siapa yang melakukan ini?

"Ngapain sih?"

Yora dikagetkan dengan kedatangan Diyo yang tiba-tiba merebut ponselnya, cowok tersebut melirik layar ponsel Yora sekilas. "Ngga guna banget isinya," ujarnya.

Hanya helaan napas pelan yang dapat Yora berikan sebagai reaksi. Ia terlalu malas untuk mendapat masalah lagi, tetapi semakin ia menghindari masalah-masalah tersebut semakin mendatanginya.

"Eh kok dihapus grupnya?" tanya Yora kaget ketika Diyo seenaknya mengeluarkan dirinya dari grup chat dan menghapus grupnya.

"Ngapain join grup yang nyebarin hoax?" balas Diyo, ia mengembalikan ponsel Yora.

Benar juga yang dikatakan oleh Diyo, tidak ada gunanya berada di dalam grup seperti itu. Tetapi ada satu hal yang membuat Yora penasaran.

"Darimana kamu tau berita itu hoax? Fotonya juga udah tersebar kan?"

"Foto doang gabisa jamin gosip-gosip itu bener."

Yora mengangguk mendengar jawaban Diyo. "Kok kamu ga percaya kalo gosip itu benar? Kamu kan ga ada disitu sore itu," tanya Yora lagi.

Diyo menghela napas dan menatap Yora dengan seksama. "Siapa yang paham Rey selain gue? Gue orang kedua setelah bunda yang tau tentang Rey, sampe trauma yang dia miliki."

"Lagipula, gue yakin lo ga bakal ngelakuin itu," lanjutnya.

Yora menatap Diyo dalam diam. Tidak peduli apa pun alasan cowok itu sehingga dia percaya terhadapnya, yang pasti Yora senang masih ada yang mempercayainya.

"Btw, makasih ya," ucap Diyo tanpa melirik Yora. Ia sibuk memperhatikan pohon yang berada di depannya.

"Makasih buat apa?"

Diyo menoleh. "Makasih udah bantuin Rey."

Yora menangkap ketulusan dari tatapan yang diberikan Diyo. Persahabatan mereka pasti begitu erat, mereka seperti anak kembar yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya juga saling membantu ketika ada yang membutuhkan. Yora merasa salut melihat hubungan keduanya begitu harmonis.

"Kenapa kamu yang bilang makasih?"

"Mungkin Rey belum bisa ngucapin makasih, dia pasti ngerasa bersalah sama lo."

"Ngerasa bersalah?"

Diyo mengangguk. "Dia anaknya ga enakan, suka nyalahin diri sendiri kalo ada masalah."

Yora terkekeh pelan.

"Kenapa ketawa"

"Lucu banget tau, kamu udah kaya bunda kedua yang tau semuanya tentang kak Rey."

Diyo ikut terkekeh. "Ga tau semua juga sih, efek tinggal bareng ya gini."

Benar juga, mungkin mereka bisa sedekat ini karena tinggal Bersama.

"Gimana kak Rey? Pasti dia udah liat foto yang tersebar kan?"

Diyo mengangguk sebagai jawaban.

"Dia keliatan ngga peduli, tapi gue yakin dia kepikiran, dia bukan tipe yang gampang ngelupain komentar orang. Pastinya dia lebih kepikiran gimana perasaan lo karena digosipin gini," jelas Diyo.

Walk in Destiny ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang