Happy reading 💙
---
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam..."
"Ngapain lo di sini?" tanya Diyo melihat keberadaan Dira yang duduk di ruang tamu bersama Rey.
"Mampir lah," jawab Dira.
"Gimana luka lo?" Diyo beralih ke Rey.
"Udah mendingan, keliatan ga?"
Diyo menggeleng, Dira membersihkan dan mengobati wajah Rey dengan sangat baik, bahkan ia bisa menutupi bekas lukanya.
"Diyo udah pulang?" tanya Bunda yang muncul dari dapur.
Diyo menyalami bunda kemudian duduk kembali di samping Rey.
"Kalian tunggu bentar ya, bunda mau goreng ikan dulu, abis itu kita makan. Kamu juga ya Dira?" ajak Bunda.
Dira tersenyum senang. "Boleh bun, hehe. Sini Dira bantuin goreng ikannya." Dira berdiri dan membuntuti Bunda ke dapur.
"Gimana Yora?" tanya Rey.
"Udah gua anterin sampe kos. Kayanya dia trauma sampe ga ngomong apa-apa."
Rey menghela napas. "Bangsat banget si Alez," gumamnya.
"Tu orang keknya ga waras," timpal Diyo. "Bahkan dia nekat nodong cewek."
"Oh iya, lo kok bisa bawa pisau?"
"Oh itu.. Doni ngechat gua tadi, katanya mereka rame. Gua bawa aja buat jaga-jaga."
Rey mengangguk, untung saja Diyo datang dengan pisaunya. "Btw dapat darimana pisaunya?"
"Stt.. Pisau Bunda, gua balikin dulu." Diyo langsung bergegas ke dapur sebelum Bunda menyadari salah satu pisau dapurnya hilang.
"Ngga banget yang satu pake pisau lipat yang satu pake pisau dapur..."
---
Yora mengompres pergelangan tangannya yang masih merah akibat genggaman kasar Alez. Sejak diantarkan pulang oleh Diyo, gadis itu tidak bersemangat melakukan apapun. Rasanya tenaganya sudah habis ia kerahkan untuk melepaskan diri tadi.
Sebuah notifikasi pesan masuk mengalihkan pandangannya. Yora membuka ponselnya. Pesan itu dari Diyo.
Diyo
Lo gapapa kan?Yora tersenyum membaca pesan singkat yang berisi pertanyaan tentang keadaannya itu. Ia mengetikkan beberapa kata untuk membalas bahwa ia baik-baik saja.
Yora
Iya gapapa
Diyo
yg tadi jangan dipikirin lagi,,Bagaimana bisa Yora melupakan kesialannya hari ini? Entah seberapa besar kesalahan yang ia lakukan kepada Alez, tetapi cowok itu sudah keterlaluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya