[ELEVEN]

338 72 14
                                    

Halo semuanya, apa kabar?

sebelum lanjut menulis cerita ini, saya mau ngasih tau beberapa pemberitahuan.

pertama, mohon mampir di karya teman saya🙏 dia pemula seperti saya, semoga kalian suka ceritanya🙌

pertama, mohon mampir di karya teman saya🙏 dia pemula seperti saya, semoga kalian suka ceritanya🙌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

judul : Virtual Tales
penulis : HaderaHelix

terima kasih sebelumnya bagi yang mau mampir dan meninggalkan vote dan comment nya.

kedua, mohon maaf atas kelamaan author dalam menyelesaikan cerita ini. sejak Agustus hiatus dalam menulis dan baru melanjutkan hari ini karena baru selesai dari kesibukan. semoga masih ada yang menanti kelanjutan cerita ini dan masih mau membaca dan meninggalkan jejak. bagi yang menunggu part ini terima kasih banyak🙏

---

Happy rading:)

---

Rey memarkirkan motornya di depan rumah, setelah mematikan mesinnya ia bergegas masuk dan memanggil bundanya. Ia benar-benar tidak ingin terjadi apa-apa dengan ibunya karena itu ia sangat menghawatirkan bunda berjalan kaki sendirian tanpa ada yang menemani seperti itu.

Berjalan dari depan hingga ke dapur, Rey terus menerus memanggil bundanya hingga akhirnya Diyo keluar dari kamar dan menghentikan aksi gaduh Rey.

"Bunda belum pulang, bukannya lo mau jemput?"

Rey mengusap rambutnya. Bunda selalu seperti ini jika pergi sendirian, selalu pulang telat. Tiga tahun yang lalu bunda pernah diserempet mobil dan skenarionya sama seperti sekarang, bunda telat pulang hingga sore telah larut seperti ini ketika ia pergi sendirian. Rey mencemaskan hal itu terulang kembali hanya karena kecerobohannya membiarkan bunda pergi sendirian.

"Kenapa Rey?" tanya Diyo setelah melihat ekspresi sahabatnya.

"Gue ga ketemu bunda tadi, kalau bunda kenapa-napa gimana Yo? Gue ga bisa maafin diri sendiri. Kalau kejadian dulu terulang lagi gimana, gue--"

"Lo jangan mikir aneh-aneh dulu. Tenang Rey," ujar Diyo memotong.

"Akhh gimana bisa tenang." Rey menyenderkan tubuhnya ke dinding.

"Yaudah, kita cari lagi gimana?"

Rey menatap Diyo, pikirannya terlanjur kalut memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja menghampiri bundanya.

"Yaudah," ujar Rey akhirnya.

Mereka berdua memutuskan beranjak keluar untuk pergi mencari bunda. Hari semakin sore dan sebentar lagi adzan Magrib berkumandang.

Walk in Destiny ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang