Happy reading
---
Kelas Yora hari ini selesai sekitar jam lima sore. Sebelumnya dia tidak ada kelas sejak pagi. Gadis itu baru saja hendak meninggalkan kampus setelah merasa tidak ada urusan lagi di sana. Aksinya terhenti ketika bertemu Diyo diparkiran. Diyo tiba-tiba menepuk pundaknya.
Ketika berbalik Yora tampak sedikit kaget. "Kok belum pulang?" tanya gadis itu.
Diyo melirik mobil putih yang tiba-tiba berhenti di depan mereka. Mobil itu adalah taksi yang sudah ia pesan secara online sebelum bertemu Yora di parkiran. Tanpa menjawab pertanyaan Yora, lelaki itu menarik tangannya.
"Ikut yuk."
"Kemana?" tanya Yora keheranan.
"Main. Ikut aja."
"Main apa ih?"
Diyo menghela napas, ia melirik si sopir yang tampak sedang menunggu mereka.
"Kita mau rayain nilai uts lo," ujarnya asal agar Yora mau ikut bersamanya.
"Apaan orang nilainya belum keluar."
"Ya udah ikut aja, ga bakal gue culik kok."
Yora menggeleng. "Bilang dulu kemana."
"Ke... pasar malam."
"Pasar malam?"
"Iya, tapi sebelumnya temenin gue dulu bentar."
Wajah Yora tampak semakin bingung. Bukannya dia tidak percaya jika pergi bersama Diyo, tetapi kenapa sangat tiba-tiba?
"Gapapa, ikut aja." Diyo segera menarik tangan Yora agar gadis itu mengikutinya masuk ke dalam mobil.
Meski kepala Yora memiliki banyak pertanyaan yang membuatnya bingung dengan kelakuan Diyo kali ini, Yora memilih mengikutinya saja dan duduk diam di dalam taksi. Jika dipikir-pikir, Yora sudah lama tidak mengunjungi pasar malam. Dulu Yora sangat senang apabila diajak ke pasar malam oleh kakak dan mamanya. Bahkan pasar malam menjadi salah satu tempat favoritnya. Namun kini kedua orang yang mengajaknya ke pasar malam sudah tiada, tidak ada salahnya pergi bersama Diyo. Diyo adalah orang pertama selain kakak dan mamanya yang mengajak Yora ke tempat seperti itu.
"Btw kapan nilai UTS nya keluar?" tanya Diyo yang berhasil membuyarkan lamunan Yora.
"Emm, minggu depan."
"Oohh. Berapa mata kuliah lagi yang belum ujian?"
"Ada tiga lagi."
Diyo mengangguk mendengarkan jawaban Yora. Ia percaya Yora melakukannya dengan baik, gadis itu adalah gadis yang cerdas meski tidak ambisius.
"Kenapa tiba-tiba ngajak ke pasar malam?"
Akhirnya Yora menanyakan keheranannya.
"Emm.. pengen aja," balas Diyo.
"Ga mau ya?" ujar Diyo lagi.
Yora menggeleng. "Bukannya ga mau, heran aja."
Mereka kembali diam setelah perbincangan singkat itu. Diyo sibuk dengan pikirannya begitu pun Yora yang sibuk menebak kemana dirinya akan dibawa Diyo sebelum mereka mengunjungi pasar malam.
"Kamu ga bawa motor?"
Diyo menggeleng. "Dipakai Rey."
"Oohh.."
Tak lama mereka sudah sampai ke tujuan. Mobil berhenti tepat di depan sebuah bangunan minimalis yang dari luar tampak seperti butik sederhana tapi elegan. Yora makin bertanya-tanya mengapa Diyo mengajaknya kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walk in Destiny ✓
Random[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima dan menjalaninya