Kenapa belum tidur?" Aku menatap asal suara itu. Ya benar itu suara milik Sehun. Kulihat ponsel yang berada di genggamannya itu masih tetap diarahkan ketelinganya itu artinya sambungan teleponnya dengan seseorang yang ada disana belum putus. Kedua manik matanya memandangku tajam dan dia berjalan mendekati ku.
Aku menggeleng pelan, takut mengungkapkan apa yang mengganggu pikiranku saat ini.
"Oke, nanti kalau ada berita terbaru langsung kabarin Saya". ucapan terakhir Sehun dan langsung mematikan ponselnya meletakkan dimeja nakas yang berada tepat di sampingku.
"Kenapa belum tidur?" Sehun mengelus
puncak kepalaku dengan lembut.
"Aku belum ngantuk". Jawabku seadanya.
Sehun hanya mengangguk memahami ucapanku.
"Kalau begitu pejamkan saja kedua matamu, nanti rasa kantuk itu pasti akan datang".
"Oppa belum tidur"?
Sehun langsung menggeleng,
"Masih ada beberapa berkas yang harus selesai diperiksa malam ini".
Tangan Sehun menyentuh perutku yang saat ini sudah terlihat membucit.
"Sudah berapa bulan?".
"Tujuh minggu". Jawabku tanpa mengalihkan pandanganku dari Sehun.
""Appa tidak sabar menanti kehadiranmu wahai malaikat kecil". Aku tersenyum, rasa hangat seperti menjalar didadaku saat mendengar ucapan yang begitu manis dari bibirnya Sehun. Kulihat Sehun tersenyum sambil mengelus perutku."Oppa". Aku menahan tangan Sehun yang saat ini sedang mengelus perutku, membuat elusan itu berhenti.
"Ada apa?".
"Bagaimana menurutmu, apakah aku akan dikeluarkan dari sekolah jika pihak sekolah mengetahui keadaan ku saat ini? Atau apa kah mungkin kalau teman-temanku mengetahui keadaanku yang saat ini yang tengah berbadan dua, aku akan menjadi bahan bullyan teman-temanku? Dan juga aku".Kugantungkan kalimat ku, takut-takut kulirik kearah Sehun yang menunggu kelanjutan dari ucapanku.
"Kenapa? Dan juga aku ?"
Sehun mengikuti ucapanku yang terakhir memandang ku dengan rasa ingin tau.Aku bangkit dari tidurku dan berjalan menuju meja belajarku. Mengambil kertas yang di berikan oleh Mrs.Jung tadi saat disekolah.
Aku menyodorkan kertas itu kehadapannya Sehun. Sehun menerima kertas itu membaca sebentar hingga dapat kulihat perubahan ekspresi diwajahnya.
Kuperhatikan raut wajah Sehun, sunguh aku takut dirinya marah sekarang.
"Kapan ini kamu tandatangi"?
"Tadi disekolah".
"Kenapa?". Kali ini Sehun menatapku dengan intens.
"Sebenarnya aku menyetujui untuk mengambilnya sudah sejak dua bulan yang lalu sebelum aku hamil".
Sehun mengangguk,"Jadi kamu ingin pergi karena beasiswa ini"? Tanya Sehun lagi yang kujawab dengan gelengan.
"Lalu kenapa tadi siang kamu tandatangani? Bisa saja kamu menolak nya bukan? Kamu tidak lupakan So Hyun kalau saat ini kamu tengah hamil?" Lanjut Sehun.
"Aku merasa tidak enak kepada Mrs Jung". Jawabku jujur.
"Ok, lalu sekarang apa maksudmu dengan memberikan surat ini kepadaku So Hyun?".
Justru pertanyaan yang saat ini di utarakan Sehun yang sedang kupikirkan sejak tadi. Aku sendiri juga bingung dengan pilihanku sekarang."So Hyun, coba jelaskan".
Aku hanya diam. Tidak tau harus menjawab apa.
"Kamu ingin mengambil beasiswa ini?".
Aku terdiam, jujur dari dalam hatiku yang paling dalam aku sangat ini mengambil beasiswa itu sejak awal, tapi sekarang sepertinya impian itu harus kukubur sedalam-dalamnya."Lalu mau kamu apa So Hyun"? Lagi dan lagi aku hanya diam saat ditanyai oleh Sehun.
"Atau Kamu mau menggugurkan anak kita, begitukah?". Kali ini suara Sehun yang meninggi pertanda dia emosi.
Aku menggeleng, dan bisa kurasakan cairan bening itu sudah menggumpal dikedua mataku. Aku menunduk, mungkin dengan sekali kedipan butiran bening itu pasti akan langsung jatuh.
"Lalu?"
Lagi, aku diam rasanya kerongkonganku seperti tercekat sekarang. Sehingga aku sulit untuk mengutarakan apa yang kupikirkan sejak tadi."Jawab aku So Hyun". Kali ini nada suara Sehun jelas semakin meningggi.
Aku menggeleng lemah bersamaan dengan butiran air bening itu jatuh membasahi pipiku.
Aku memeluk Sehun dengan sekuat tenagaku, sambil menangis dan membenamkan wajahku didadanya yang bidang.
"Jangan marah, aku takut kalau melihat Oppa marah".
Tidak ada respon dari tubuhnya Sehun, membuat tangisku semakin kencang."So Hyun, So Hyun lepaskan".
Aku menggeleng dan semakin menguatkan pelukanku ditubuh Sehun saat Sehun mencoba melepaskan pelukanku."So Hyun". Aku masih diam saat Sehun memangil namaku kembali.
" jadi benar kamu ingin menggugurkannya?" Kali ini suara Sehun mengecil dari nada suaranya sepertinya dia kecewa, kulepaskan pelukanku dari Sehun dan bisa kuliat kedua bola matanya seperti berembun
.
Aku menggeleng pelan.
"Bukan, bukan itu keinginanku, tidak mungkin aku tega dan memiki niat untuk menggungurkan anakku sendiri"."Dia juga anakku". Ralat Sehun sambil menjulurkan tangannya mengelus perutku lembut.
"Awalnya aku memang berniat untuk mengambil beasiswa itu, dan pada saat itu aku belum hamil. Jujur mengambil beasiswa itu adalah impianku sejak dihari itu. Aku bisa mencapai mimpiku dan cita-citaku disana dan juga aku ingin menjauh darimu disaat itu, kalau aku bisa mendapatkan beasiswa. Tapi untuk sekarang disaat aku tau aku hamil. Aku sudah menghapuskan keinginan untuk mendapatkan beasiswa itu dan juga ".
"Menjauh dariku"? Sehun langsung memotong ucapanku degan cepat sambil berusaha melepaskan pelukanku, namun hasilnya sia-sia. Dia mengulang ucapanku yang kutahu itu artinya dia sedang meminta penjelasan sekarang.
"Kenapa?". Tanyanya lagi."Pada saat itu aku sungguh merasa menjadi orang paling bodoh dan orang yang tidak diinginkan. Jujur saja perjodohan ini sudah membuatku merasa tertekan, mengingat usiaku yang masih sangat muda. Dan ketika aku diperlakukan kurang baik olehmu, itu membuatku merasa tau dan mengerti posisiku yang sebenarnya".
Tenggorokanku rasanya tercekat saat mengingat kenangan buruk itu, dan lagi-lagi butiran bening itu kembali jatuh.
"Apalagi ketika aku tau Suami sah ku berpacaran dengan sahabat dekatku, rasanya sungguh menyakitkan. Awalnya aku berpikir kehadiran janin ini tidak akan mungkin kau terima. Mengingat perlakuan kasarmu padaku. Jadi a..ak..aku" . Di detik berikutnya Sehun menarikku memelukku dengan tangan kirinya dan juga tangan kanannya yang bebas memelus rambutku dengan lembut.
"Maaf, maaf kan perlakuanku yang buruk itu, sungguh aku minta maaf". mendengar pengakuan Sehun yang terdengar begitu tulus aku hanya bisa diam.
"Maaf maafkan aku So Hyun". Aku terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY HUSBAND
RandomApa jadinya jika seorang Kim so hyun dengan umur yang terbilang cukup mudah dinikahkan dengan seorang sunbaenya di sekolahnya akibat perjodohan konyol yang telah di sepakati oleh orang tua mereka? Apakah Kim so hyun mampu tingal dan hidup bersama d...