Samar-samar kudengar suara yang menggangu ketenangan tidurku.
Walaupununtuk membuka mataku masih terasa berat namun tetap juga kupaksakan untuk melihat keadaan sekitar.Aku bernafas lega saat kulihat orang yang membuat keributan itu adalah Sehun suamiku.
Ternyata dia sudah pulang, walaupun aku tidak tahu pukul berapa dia tiba dirumah.
Aku bangkit dari tidurku mendekati Sehun yang sekarang berdiri tepat dihadapan lemari.
Kusentuh dengan pelan pundaknya, Sehun langsung berbalik merespon sentuhanku.
Dapat kulihat wajahnya yang terlihat lelah begitu juga dengan kedua bola matanya yang memerah. Apakah Sehun tidak tidur semalaman?"Ada apa sebenarnya semalam?". Tanyaku pelan takut-takut.
Sehun meletakkan kedua tanganya di pundakku menarik nafas sebelum berbicara."Appa di rumah sakit".
Kulihat kedua bola mata Sehun secara bergantian yang terlihat berkilau ada kumpulan cairan bening disana yang kuyakini dengan sekali kedipan cairan itu akan langsung jatuh kebawah mengikut gravitasi bumi.Tanpa bertanya apapun lagi aku memilih mendekap tubuhnya. Memberikan sedikit ketenangan.
Sejak mengenalnya hingga berada di atap yang sama baru kali ini aku melihat dirinya begitu rapuh. Ada rasa tidak tega juga didalam hatiku tapi apalah dayaku yang hanya bisa memberinya semangat agar tetap kuat.☆☆☆☆☆
"Mau kemana"? Tanyaku saat Sehun melintas dari hadapanku tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya kearah meja makan.
Diatas meja makan sudah kusediakan menu sarapan favoritnya."Aku sarapan di rumah sakit saja nanti". Ucapnya setelah itu mencium keningku sekilas lalu meninggalkanku. Namun langkah kakinya terhenti saat tangannya hampir mencapai kenop pintu. Aku memperhatikannya dan dalam hitungan detik berikutnya Sehun berbalik. Berjalan menuju kearah tempatku berdiri.
"Jaga sikecil kita, jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak kuketahui yang bisa mengakibatkan kalian celaka, kalau kamu butuh sesuatu langsung beri aku kabar".
Sehun memelukku sekilas kemudian setelah itu mengelus perutku dengan gerakannya yang lembut membuatku merasa tenang. Sehun memandangku sambil melemparkan senyum tulus miliknya yang kubalas dengan senyuman milikku.
"Aku pergi". Sekali lagi dia mengecup keningku lalu pergi.
Sebenarnya tadi aku sudah minta ikut kerumah sakit pada Sehun. Tapi dia melarangku katanya aroma rumah sakit pasti tidak baik untukku apalagi akhir-akhir ini indra penciumanku sangat sensitive.
Awalnya aku tidak menolak terhadap pernyataan Sehun tentang diriku yang tidak perlu menjenguk Ayah mertuaku. Tapi untuk sekarang aku sudah tidak ingin menoleransi lagi. Kejadian ini sudah terjadi hampir dua minggu dan Sehun masih tetap bersikeras tidak mengizinkanku menjenguk Ayahnya yang sekarang juga sudah menjadi Ayahku juga.
Sehun mencek keadaan Ayah mertuaku setelah pulang dari kantornya. Kadang dia memilih menginap disana lalu pulang kerumah pagi sekali untuk mengganti baju atau bahkan sama sekali tidak pulang.
Sebenarnya aku juga ingin menjenguk Ayah mertuaku di rumah sakit, tapi apalah dayaku jika aku sendiri pun tidak tahu di rumah sakit mana Ayah mertuaku dirawat, sungguh miris sebenarnya.
Sudah berkali-kali aku mengatakan kepada Sehun supaya ikut dengannya untuk menjenguk Ayah mertuaku dan sudah berkali-kali juga Sehun menolak pernyataanku dengan alasan yang sama bahwa rumah sakit tidak cocok dengan kondisiku yang saat ini sedang berbadan dua.
Dan entah mengapan jawaban Sehun yang terdengar memperhatikan keadaanku itulah yang justru membuat ku semakin muak.
Bisa saja Ayah dan juga Ibu mertuaku memiliki pemikiran yang buruk kepadaku saat ini. Hanya aku menantu mereka satu-satunya yang sejak dulu mereka banggakan dan mereka juga yang bersikeras menjodohkanku dengan Sehun dikarenakan mereka berpikiran aku seorang wanita baik-baik dengan sikap kesopanan yang dijunjung tinggi.
Tapi mungkin itu hanya untuk kalimat di waktu lalu bisa saja untuk sekarang aku sudah di cap sebagai menantu durhaka yang tidak datang menjenguk Ayah mertuanya sendiri bahkan saat Ayah mertua sakit parah .
Aku menghela napasku panjang antara lelah dan entalah aku tidak bisa menjelaskan semuanya satu-persatu.
Semuanya terasa berkecamuk dipikiranku. Sambil memandang matahari tenggelam dan sesekali melirik ponsel yang berada di dalam genggaman tanganku. Petang akan segera berganti malam tapi sampai saat ini aku belum mendapat kabar dari Sehun.
☆☆☆☆☆
Samar -samar dalam tidurku dapat kudengar suara yang mengusik ketenangan tidurku.
Kubuka kedua kelopak mataku walau terasa berat karena sungguh aku masih merasa benar-benar mengatuk.
Refleks aku mengernyit silau karena tiba-tiba cahaya lampu masuk ke indra penglihatanku hingga akhirnya beberapa saat kemudian mataku terbiasa dengan penerangan dikamar ini.
Dan dapat kulihat Sehun yang sedang berjalan mondar-mandir mengambil barang miliknya yang kemudian dimasukannya kedalam koper miliknya. Aku hanya melihat pergerakannya hingga beberapa saat kemudian aku baru menyadari keadaan disekitarku.
Aku langsung bangkit dari tidurku berjalan mendekati Sehun.
"Mau kemana"? Tanyaku pelan sambil menepuk pundaknya pelan agar dirinya sadar dengan kehadiranku, aku mengalihkan pandanganku kearah koper yang berada didekat lemari sebentar kemudian menatap Sehun meminta penjelasan darinya.
Sehun mengikuti arah pandanganku kemudian dia kembali menatapku membuat kami saling menatap.
"Maaf aku membuat tidurmu terganggu, tidurlah kembali".
Ucap Sehun tanpa menghiraukan pertanyaanku tadi.
Aku menggelengkan kepalaku menolak perintahnya."Kamu mau kemana"? Tanyaku mengulangi pertanyaan ku sebelumnya kali ini dengan nada terdengar sedikit lebih keras dari sebelumnya.
Dia mengengam kedua tanganku membuat darahku berdesir.
"Aku akan pergi ke London untuk beberapa waktu. Berhubung Ayah sedang sakit jadi tidak ada yang mengendalikan cabang perusahaan kita yang berada disana"."Berapa lama"? Tanyaku menyela ucapan Sehun.
"Entahlah aku sendiri juga kurang tahu tapi aku janji akan secepatnya kembali. Aku hanya takut terjadi sesuatu di sana karena tidak ada yang mengawasi pekerjaan mereka".
Aku diam tenggorokanku rasanya tercekat hingga tidak bisa mengeluarkan kalimat apapun walau pun rasanya banyak sekali kalimat yang ingin kuutarakan kepada Sehun.
Rasanya mataku memanas entah kenapa kali ini aku sunnguh tidak rela melepas Sehun ke London walaupun kutahu dia kesana demi kebaikan kami semua. Aku tahu kalau saat ini aku terlihat begitu egois mementingkan diriku sendiri.
Ada beberapa rasa didalam hatiku yang tidak bisa kujelaskan satu persatu. Seperti akan ada kejadian yang akan melanda hubungan rumah tanggga kami.
"Aku tahu kau sedih tapi kumohon mengertilah dengan keadaannya saat ini. Tolong pahamilah diriku". Suara Sehun menghentikan pemikiranku membuat mata kami saling memandang.
"Jaga dia untukku". Dia mengelus perutku lembut kemudian setengah menunduk didekatkan wajahnya ke arah perutku.
"Berjanji untuk menjaga Eomma untuk Appa, ok Darling". Ucapan sehun diakhiri dengan kecupan di perutku yang membuatku tersenyum karena merasa terharu atas perlakuan Sehun yang memang sudah banyak berubah sejak aku mengenalnya pertama kali.
"Kalau begitu bolehkah aku mengantarmu sampai ke bandara?" Ucapku menghentikan adegan mengharukan kami ini.
Sehun menegakkan badannya dia tersenyum manis dan kemudian menggeleng.
"Kenapa"? Tanyaku dengan nada yang terdengar jelas bahwa aku merasakan kecewa.
"Aku saja. Lebih baik kamu istrihat di rumah saja. Kasihan kamu dan baby kita nanti kalian lelah".
Aku hanya memandangi wajahnya sepertinya aku merasakan ada keanehan.
Kenapa setiap ingin menemaninya aku selalu dilarang olehnya.Sama seperti ketika aku meminta untuk ikut ke Rumah sakit membesuk ayah mertuaku Sehun melarangku. Sebenarnya ada apa ini?
☆☆☆☆☆
![](https://img.wattpad.com/cover/83827685-288-k220694.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY HUSBAND
RandomApa jadinya jika seorang Kim so hyun dengan umur yang terbilang cukup mudah dinikahkan dengan seorang sunbaenya di sekolahnya akibat perjodohan konyol yang telah di sepakati oleh orang tua mereka? Apakah Kim so hyun mampu tingal dan hidup bersama d...