LIMA PULUH

318 34 2
                                    

Naeun tersenyum. Berjalan satu langkah untuk mendekatiku.
"Tinggalkan Sehun atau anakmu yang tidak berdosa ini kupastikan yang akan meninggalkanmu? Pilihannya ada ditanganmu. Bagaimana So Hyun?".

Aku menutup mata takut, takut kalau Naeun melakukan hal jahat untuk mencelakaiku terutama kandunganku.

"So Hyun pilihan ada padamu". kepalaku berat rasanya saat diberikan pilihan oleh Naeun, pilihan yang tidak akan mau kupilih sampai kapan pun.

"Hei apa yang ada lakukan Nona?".
Aku membuka mata, suara itu ternyata berasal dari pegawai kasir yang tadi melayani untuk membayar belanjaanku. Dia yang tengah memergoki kami dan memandang tajam Naeun.

"Apa yang ada lakukan kepada Ibu hamil? Apakah anda berniat mencelakainya"?
Pria itu maju mendekati kami.
"Berhenti disana, atau pisau ini akan melukai wanita hamil ini?".

"CCTV melihat semuanya nona, jangan lakukan hal bodoh dengan mencelakai Ibu hamil itu ".

"Apa hak mu mengguruimu? Kau tidak tau kan kalau wanita ini adalah mantan sahabatku, mencuri pacarku dariku,  lalu diam-diam menikahinya dan sekarang lihatlah dia bahkan hamil, dia mengandung anak dari kekasihku." Naeun melontarkan isi hatinya dengan nada tinggi, membuat bebeberapa orang yang berada di ruangan ini berkumpul menyaksikan kami.
"Cobalah untuk berbicara dengan kepala dingin nona". Bujuk pria itu.
"Sudah kukatakan kau tidak tau permasalahan apa yang terjadi diantara kami. Jadi pergilah dan jangan ikut campur, kau mengerti?". Teriak Naeun emosi.

"Benar, saya memang tidak tau masalah apa yang terjadi diantara kalian. Tapi saya mohon jangan lakukan hal seperti itu. Kamu akan sangat menyesalinya dikemudian hari Nona. Kalian sama-sama wanita. Mari berika pisaunya kepada saya dan semuanya kita bicarakan baik-baik tanpa emosi."

Pria itu mendekati kami, memangkas jarak diantar kami.

"Berhenti".
Naeun berteriak sambil mengacungkan pisau itu kehadapan pria lenjaga kasir itu.

"Berikan pisaunya kepada saya dan mari kita bicarakan semuanya secara baik-baik".

Aku takut sekali melihat mereka. Kakiku gemetaran dan kepalaku semakin berat rasanya.
Aku menatap Naeun dan berpindah kearah pria itu dan kemudian aku tak sengaja melihat kearah tangannya. Jari nya seakan-akan memberiku petunjuk supaya aku bergegas lari bersembunyi untuk menyelamatkan diri.

Aku menatap nya ragu, dia menatapku balik meyakinkanku dengan mengangguk pelan.
Aku menarik nafas pelan mencoba mengumpulkan tenaga.

"Nona tolong berikan pisau anda kepada saya, saya mohon". Aku menatap jari pria itu yang seakan-akan menyuruhku untuk bergerak dengan cepat.

"Kau pikir aku akan menurutimu?" Saat Naeun berbalik sepenuhnya, saat itulah aku berlari menuju toilet yang letaknya tak begitu jauh.

Ceklek.

Aku bernafas lega saat berada ditoilet dan telah menunci pintunya dari dalam. Kelegaanku tak berlangsung lama saat Naeun menggedor pintu toilet dari luar, dengan teriakannya yang menggelegar. Dan bisa kudengar suara Pria penjaga kasir yang menolongku tadi masih mengikuti, sepertinya masih mencoba membujuk Naeun menawarkan supaya kami bicara baik-baik .

Kurogoh tasku, meraih ponselku. Mencari kontak Sehun.
Kutelepon tak kunjung diangkat, membuat panik semakin melandaku.
"Tolong anggkat Oppa..hikss..hikss.."
Aku mencoba lagi dan lagi.
Dan berhasil dipanggilan yang kelima.
"Ada apa Sayang?".
"Oppa tolong aku, hiks..hiks..aku ada di supermarket tepat didepan hikss...hiks.. gedung apartemen kita hiks..hiks...."
"Kamu kenapa Sayang?".
Suara Sehun terdengar Panik.di seberang sana.

"Naeun dia..dia ingin membunuhku. ,hikss..hikss.. tolong tolong aku Oppa". Akunl menangis sejadi-jadinya.
"Tolong aku". Pintaku sekali lagi dengan sangat memohon.

"Sebentar, tunggu sekitar lima belas menit lagi. Oppa akan berada disana. Jangan menangis lagi ya, dan ingat jangan matikan panggilan ini. Ok?".

Masih terus menangis, aku mengangguk mengiayakan kalimat Sehun, walau aku tau Sehun tidak akan mungkin melihatnya.

"Tolong bertahan  Sayang".
Aku menangis takut kalau Sehun terlambat memyelamatkanku dan Naeun berhasil mendobrak pintu toilet ini.

"HEI SO HYUN WANITA MURAHAN KELUAR KAMU, JANGAN HARAP KAU BISA LEPAS KALI INI DARI TANGANKU, KUPASTIKAN KAU HARUS MATI HARI INI".

Tanganku bergetar hebat memdengar suara teriakan Naeun.
"Sayang, sayang tetap fokus dengar suara Oppa, tetap bertahan Oppa pasti akan sampai tepat waktu". Sehun mencoba menenangkanku sepertinya Sehun mendengar teriakan Naeun.

"KIM SO HYUN...HEYYY..KIM SO HYUN".

Lemas membuatku akhirnya jatuh terduduk, ponselku jatuh kelantai, sekarang aku bingung dan takut dengan situasi saat ini.
"Tolong..tolong...hiksss..hiksss". Aku menutup telingaku lalu kuelus perut buncitku.
"Tolong bantu Eomma, Tolong".
Aku menangis.

"Jangan tinggalkan Eomma. Jangan. Biarkan kita sama-sama menjalani semua ini."
Sambil sesenggukan aku mengelus nya sayang.
"Eomma sayang sekalì denganmu hikss..hiksss...hiksss".

Argghhhhh....

Perutku tiba-tiba saja mulas, rasanya sakit sekali.

"KIM SO HYUN...HEYYY..KIM SO HYUN". Teriak Naeun masih seganas tadi.

Aku mengambil ponsel ku dari lantai, panggilanku dengan Sehun masih tersambung.
"Oppa perutku sakit sekali aku nggak kuat hikssss..hikksss."

"Sebentar lagi , tolong untuk tetap bertahan Sayang, sebentar lagi, Oppa datang tolong  jaga anak kita".
Aku menangis menjadi-jadi mendengarnya.

"Mari berbincang mengenai sesuatu yang menyenangkan untuk dibahas". Aku meringis saat perutku kembali sakit.

"AKAN KU BUNUH KAU KIM SO HYUN".
"Hey Nona, berhenti lakukan hal itu. Apa kau tidak takut masa mudamu habis di sel tahanan?"
"Kau pikir aku akan takut dengan anacamanmu?".
"Aku tidak mengancam, itu memang faktanya".

"Kim So Hyun keluar kau".
"Nona aku akan memanggil polisi jika kau tidak berhenti membuat keributan disini".
"Aku tidak takut, sama sekali tidak takut".

Diluar sudah sangat ribut, membuatku semakin tak yakin dengan keselamatanku disini.

"Saranghae, So Hyun Saranghae.. So Hyun kau mendengarkanku Saranghae".
Berkali-kali Sehun mengucapkan kalimat yang sama dengan nada yang tak jelas membuatku merasa geli sendiri.

"So Hyun saranghae, saranghae, saranghae".
Aku tertawa sambil meringis,saat mendengar nyanyian Sehun yang tidak bernada.
"So Hyun Saranghaeeeeeeeee".

OH MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang