Empat Puluh Dua

397 44 5
                                    

So Hyun POV

Aku berjalan mengelilingi taman yang ada di belakang rumah.
Beberapa jenis bunga yang pernah kutanam kini sudah berbunga. Hatiku ikut menghangat melihat tanaman yang kutanaman dengan tanganku sendiri tumbuh sehat dan memiliki bunga-bunga yang indah.
Kudekatkan hidungku untuk menghirup aroma bunga itu. Sungguh wangi sekali.

"Nona". Aku langsung berdiri tegak, berbalik saat mendengar suara Bibi Jung,

"Ya Bi. Ada apa?".

"Ini, minumlah" rupanya Bibi Jung hanya ingin mengantarkan susu milikku, susu ibu hamil yang seharusnya kuminum tadi rupanya tertinggal diatas meja.

"Terimakasih Bibi" sambil meraih gelas itu aku mengucapkan terimakasih .
Dan dalam sekali tegukan semua isi susu itu tandas .

"Terimakasih Bibi".  Aku mengucapkan terimakasih lagi, menyerahkan gelas kosong itu yang diterima Bibi Jung, lalu membawa gelas kosong itu masuk kedalam rumah.

Selesai berkeliling aku kembali masuk kedalam rumah. Ternyata masih pukul sepuluh pagi. Teman-temanku seharusnya masih pada sibuk belajar jam segini. Dan Sehun dia juga pasti sedang sibuk dengan beberapa klien nya.
Baru beberapa jam saja sudah bisa membuatku bosan seperti ini.
Tidak bisa kubayangkan kalau aku merasakan hal seperti ini selama setahun. Entahlah.

Hanya memikirkannya saja aku ingin menangis sekarang.
Kulangkahkan kakiku menuju kamar tidur, mengambil tiga buah novel yang kemarin kubeli secara online. Hari ini kuputuskan untuk membaca novel .

Aku berjalan kembali keruang tengah. Mengambil posisi ternyaman diatas sofa.

Membaca lembar perlembar dengan cepat. Novel yang pertama kubaca ini adalah tentang mafia. Kuakui kalau ceritanya sungguh menegangkan dan sangat seru. Lama aku membacanya hingga kelopak mataku rasanya berat. Aku mengantuk sekali. Kututup novel yang sedang kubaca tapi aku tidak lupa sebelumnya untuk melipat halaman terakhir yang kubaca.
Kudekap novel itu dipelukanku dan memutup mataku untuk sejenak.
.
"Nona..nona.."
"Hmmnnn".
"Bangun Nona. Sudah waķtunya makan siang".
"Hmnnnn"
"Nona..nona.."
"Hmnnn..." jujur aku masih sangat mengantuk sekarang.
"Nona, mari makan. Kalau nona belum makan Bapak Sehun akan memarahi saya nantinya".
"Eumm.. sebentar lima menit lagi Bi".
Kututup kembali kelopak mataku.

Sebentar saja ,lima menit lagi aku akan bangun, ucapku membatin. Setelah mengucapkan hal itu itu aku tidak lagi mendengar suara Bibi Jung.


Tetapi tidak lama kemudian tepukan  pelan dipipiku kembali mengusikku
"Lima menit lagi Bibi Jung". Erangku sambil menghindari tepukan tangannya dipipiku.

Bukannya berhenti tepukan itu
semakin dipercepat walaupun terasa pelan, tidak sakit tapi sangat mengganggu.

"Bibi..."
"Siapa Yang kau panggil Bibi?".

Suara itu, suara milik Sehun.
Aku berbalik dan membuka mata, benar saja ada Sehun yang tengah berdiri kepala yang sedikit menunduk kearahku.
"Ternyata Putri tidur kita telah bangun". Sehun kembali berdiri tegak sambil meleparkan senyum.

Menghiraukan omongannya yang mengejekku, langsung saja aku bangkit dari tidurku. Pergerakanku yang mendadak membuat tubuhku sedikit oleng.

"Sayang". Reflek Sehun menahan badanku supaya tidak terjatuh, ada kepanikan yang begitu jelas diwajahnya. Jujur aku syok, bahaya sekali jika aku tadi terjatuh.

"Hati-hati Sayang".
"Maaf" ucapku dengan nada pelan sedikit gemetar masih kaget dengan hal terjadi barusan.

"Untuk hari ini kumaafkan So Hyun tapi tidak lain kali ingat ada anak kita di dalam kandunganmu".
Sehun memperingatiku tapi dengan lembut .
Aku hanya mengangguk.

"Oh ia, kata Bibi Jung kamu dan anak kita belum makan siang ya?"
"Bibi Jung mengadu kepada Oppa?". Tuduhku tidak suka, Sehun hanya menggeleng.
"Saat tiba dirumah Oppa sendiri yang langsung bertanya kepada Bibi Jung".
"Benarkah?". Tanyaku tak percaya,
Sehun kembali mengangguk.
"Kalau begitu mari kita makan siang sekarang". Sehun menggandeng tanganku menuju meja makan .
Lalu menarik kursi untuk ku dan membantuku duduk.

"Terimakasih Oppa".
Sehun tersenyum mengangguk pelan lalu mencium keningku sekilas dan memilih duduk tepat dikursi yang berada disebelahku.

Tanganku terulur untuk mengambil piring, mengambil makanan yang tersaji dihadapanku.
Kami memakan makanan kami dengan diam.
Tidak perlu waktu yang lama untuk menyelesaikan makan siang kami.

Sekarang kami sedang berada diruang tengah dengan sepiring buah-buahan segar di atas meja.

"Makanlah".
Aku menggeleng saat Sehun menyodorkan sepotong buah apel kehadapanku.
"Tidak, aku masih kenyang Oppa", Elakku.

"Setidaknya makanlah beberapa potong, Oppa tidak menyuruhmu untuk menghabiskan sepiring buah-buahan ini".

"Simpan saja untuk sementara Oppa, kira-kira setengah jam lagi aku akan memakannya". Tawarku kepada Sehun. Jujur sekarang aku benar-benar merasa sangat kenyang. Seperti tidak akan ada ruang dilambungku lagi jika harus memakan buah itu sekarang.

"Baiklah, kalau begitu buahnya Oppa simpan di Kulkas".

Aku mengangguk mengiakan. Sehun bangkit dari tempat duduknya, berjalan kedapur sambil membawa sepiring buah itu, tidak lama kemudian dia kembali kehadapanku.

"Kalau begitu Oppa kembali kekantor ya".
"Kenapa?". Ucapku ketus, ada rasa tidak suka menjalari hatiku saat mendengar kalimat Sehun kembali kekantor.
"Masih ada beberapa urusan dan juga pertemuan dengan klien siang ini, Nanti kalau pekerjaannya sudah selesai Oppa pasti akan langsung pulang".
Aku terdiam mendengar penjelasan Sehun.
"Oppa janji akan langsung pulang kalau semua pekerjaannya  telah selesai".
Jelasnya sekali lagi membuatku mengangguk.
"Langsung pulang ya Oppa, karena Oppa sendiri sudah berjanji".
"Pasti Sayang". Sehun mencium keningku sekilas, lalu tangannya beralih mengelus perutku yang sudah mulai membuncit.
"Jaga Ibu ya jagoan Papa".
Tangan Sehun kemudian beralih mengelus rambutku lembut.
"Kalau begitu Oppa pergi sebentar ya, kalau ada perlu sesuatu dan sangat penting langsung hubungi Oppa ya".
"Baik Oppa".
Kuanggukkan kepalaku, Sehun hanya  tersenyum melihatnya lalu melangkah pergi melangkah keluar.

Aku kembali sendiri diruang tengah ini. Walaupun sebenarnya ada Bibi Jung didapur yang sedang membersihkan piring kotor sisa kami makan tadi.

Aku beranjak mengambil remote tv.
Menghidupkan tv untuk mengurangi rasa bosanku. Kutekan tombol-tombol untuk memindahkan chanel tv untuk mencari hiburan yang menarik, hingga jariku berhenti di salah satu stasiun televisi yang tengah menayangkan sebuah drama anak sekolahan.

Sambil rebahan kuperhatikan setiap detik drama itu. Aku begitu kagum dengan peran utama wanita nya yang galak dan juga judes. Walaupun di tekan oleh teman sekelasnya si wanita pemeran utama ini tidak ada ketakutan sama sekali untuk melawan. Hebat sekali, ucapku pelan sembari bertepuk tangan.

"Nona Kim So Hyun".

Aku mengalihkan tatapanku, disana berdiri Bibi Jung dengan sepiring buah-buahan yang kuyakini buah yang sama dengan buah yang tadi ditawari Sehun. Kulirik jam di dinding, ternyata sudah hampir empat puluh lima menit waktu yang kuhabiskan saat menonton drama ini. Tidak terasa sama sekali waktu berputar begitu cepat. Pantas saja Bibi membawa buah itu kembali kehadapanku, sudah bisa kupastikan kalau itu adalah perintah Sehun.

"Ini buahnya So Hyun , Bapak Sehun sudah berpesan tadi kepada saya untuk memberikan buah ini kepada Nona".

Benarkan? Sudah kuduga ini adah perintah Sehun.

"Terimakasih Bi" ucapku sopan berdiri tegak dan menerima piring itu.

"Sama-sama" Bibi Jung kembali kedapur meninggalkanku sendirian diruang tamu. Sambil menonton aku menyantap potongan buah itu dengan pelan. Hingga akhirnya tanpa sadar sepiring buah itu sudah tandas.

OH MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang