DUA PULUH DELAPAN

9K 618 185
                                    

So hyun pov

Aku membuka kedua kelopak mataku saat kurasakan berat dibagian perutku.

Saat kualihkan pandanganku kearah perutku ternyata benar ada sebuah tangan kekar yang memelukku dari belakang yaitu tangan kekar milik Sehun.

Bukannya merasa senang aku menjadi risih sendiri. Aku mengangkat tangan miliknya yang melingkari perutku dengan pelan supaya tidak menggangu tidurnya.

Aku langsung duduk dikasur begitu aku berhasil melepaskan pelukan yang sedari tadi membelit di perutku.

Aku melirik jam yang terletak di dinding yang berada tepat dihadapanku.

Ternyata masih pukul setengah dua dini hari. Masih terlalu dini untuk melakukan aktifitasku di pagi hari seperti biasanya.

Aku menyibakkan selimut tebal berwarna putih bersih yang membungkus sebagian tubuhku dengan pelan dan hati- hati agar tidak mengganggu tidur Sehun yang entah sejak kapan tetidur di sebelahku.

Aku melangkahkan kakiku perlahan agar tidak menimbulkan suara berisik.

Kuulurkan tanganku saat jarak antara tanganku dengan kenop pintu yang berada tepat didepanku sudah bisa kugapai.

Krieett...

Aku membuka pintu dengan perlahan.

Kulangkahkan kakiku keluar kamar dengan pelan dan perlahan-lahan seperti seorang maling yang takut ketahuan telah mencuri barang-barang berharga milik orang lain. Aku tersenyum bangga dan puas saat telah berhasil keluar dari dalam kamar itu karena sekarang aku telah berada di luar kamar milik Sehun.

Kututup pintu itu kembali dengan pelan dan hati-hati agar tidak menimbulkan suara berisik.

Kubalikkan badanku kulangkahkan kakiku menjahui pintu itu.

Tempat yang pertama kali ku tuju adalah dapur untuk meminum segelas air putih supaya melepas dahaga yang melekat ditenggorokanku.

Kubuka pintu kulkas mencari botol air minum yang berada didalamnya. Saat aku meemukannnya kuraih botol itu lalu menuangkan isinya kedalam gelas yang sebelumnya telah kupersiapkan.

Kutuangkan air itu hingga hampir memenuhi gelas milikku.

Kututup kembali botol air minum itu lalu kembali kuletakkan di tempatnya semula didalam kulkas lalu kututup kulkas itu.

Kuraih gelas berisi air minum yang baru saja kutuang itu mendekatkannya ke arah bibirku.

Hingga tiba ketika pinggiran gelas itu bersentuhan dengan bibir ku ada sebuah tangan kekar yang menghentikan pergerakanku.

Kuperhatikan tangan kekar yang sedang memegang pergelangan tanganku tanpa melihat wajahnya aku tahu kalau tangan itu pasti milik Sehun kulihat tangan itu melepaskan pegangannya di pergelangan tanganku lalu berpindah mengambil alih gelas yang sedari tadi kusentuh.

Seperti tersiram air es seluruh tubuhku terasa kaku.

Aku hanya terdiam seperti patung hingga tanpa kusadari gelas yang berisi air dingin yang kutuangkan sebelumnya telah berpindah ke tangan milik Sehun.

"Minumlah".
Ucap Sehun dengan nada yang perintah yang kubalas dengan tatapan tidak mengerti kepadanya.

"Bukankah kau datang ke dapur untuk mengambil segelas air putih untuk diminum?"

Tanya nya lagi yang ku balas dengan anggukan mengiakan kalimatnya.

"Lalu kau ingin menunggu apalagi?"

Tanya Sehun yang kali ini kubalas dengan gelengan tidak mengerti sebagai jawabannya.

"Maka dari itu minumlah ini. Air es tidak baik untuk wanita yang sedang mengandung seperti dirimu diwaktu sekarang."

Kuanggukkan kepalaku merasa setuju dengan ucapannya dan tanpa kusadari aku sedang memandangi wajahnya dalam beberapa saat
karena aku merasa asing dan terkejut atas sikap serta perlakuan yang baru saja ditujukannya kepadaku.

"Minumlah selagi airnya masih hangat".

"I..ia..". Jawabku dengan kaku karena baru saja aku tersadar kalau sedari tadi aku memandangi wajahnya.
Kuambil gelas yang berada didalam genggamannya dan meminum air yang berada didalamnya hingga habis yang tidak kutahu entah sejak kapan dia menukar air dingin milikku menjadi air hangat miliknya.

"Sudah?"
Tanya Sehun lagi dengan nada yang lembut yang kubalas dengan anggukan pelan.

"Kalau begitu ayo kembali ke kamar kau perlu istirahat yang banyak". Perintahnya yang dengan bodohnya kuangguki dan kuturuti.

Sehun memengang tanganku menuntunku berjalan kembali ke dalam kamar.
Sampai dikamar Sehun menggiringku ke atas tempat tidur menidurkanku dan menyelimutiku.

"Tidurlah ini masih terlalu larut untuk seorang wanita yang hamil muda sepertimu berkeliaran diluar itu tidak baik".

Aku tidak lagi membalas ucapannya dan lebih memilih menutup kedua kelopak mataku.

Hampir saja aku tertidur dengan pulas tapi semua gagal tatkala kurasakan ranjang yang berada disebelahku bergerak yang menandakan ada seseorang yang baru saja menempatinya.

Tanpa membuka mata aku tahu kalau itu adalah Sehun karena memang hanya kami berdua saja yang berada diapartemen dan ruangan ini.

Rasa kantukku meluap entah kemana jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya.

Bukan karena rasa kasmaran ataupun hati yang berbunga-bunga karena suamiku Sehun memilih untuk tidur di sebelahku melainkan karena aku merasa ketakutan berdekatan dengannya.

Semua hal jelek yang berkaitan dengan kejahatan untuk menggurkan janinku berkelebat dipikiranku untuk Sehun. Semakin aku berusaha menghilangkan pemikiran burukku itu maka semakin melekat jelas pula setiap kejadian yang membuatku semakin ketakutan membuat keringat bercucuran semakin membasahi tubuhku.

Kedua kelopak mataku terbuka lebar dan pemandangan yang pertama kali kutemukan adalah Sehun yang sedang menatapku dengan pandangan yang tidak bisa kuartikan.

Kutatap kedua bola mata hazel itu bergantian dan entah kenapa mataku terasa panas dan perih hingga pandanganku semakin mengabur.

Cairan bening terjatuh dari kedua pelupuk mataku tanpa perlu kuperitah.

"Ssstttt... ada apa? Kenapa kau menangis? Apa kau bermimpi buruk?" Sehun memelukku dan sesekali mengelus pubggung ku yang mungkin untuk membuatku merasa nyaman.

Bukannya merasa nyaman aku malah semakin takut. Aku berusaha melepaskan diriku dalam dekapannya bukannya melepaskanku Sehun malah semakin mempererat dekapannya membuatku tidak bisa lagi bergerak.

"Aku tahu kau takut saat berada dekat denganku tapi aku janji tidak akan menyakitimu maupun janin yang berada di dalam kandunganmu. Karena bagaimana pun dia berada disini karena diriku dan tidak bisa dipungkiri bahwa dia juga adalah darah dagingku dan aku janji akan selalu menjagamu dan juga dia yang sedang kau kandung".

Semuanya tidak bisa kuungkapkan dengan kata-kata hanya air mataku saja yang mengalir semakin deras berganti dengan rasa terharu dengan setiap kalimat yang diucapkan oleh Sehun.

"Uljimma". Ucap Sehun kepadaku yang juga kubalas dengan anggukan.
Sehun melepaskan pelukannya membuat kami saling bertatapan dapat kulihat raut wajah milik Sehun yang saat ini sedang tersenyum kepadaku.

Yang kuacuhkan aku lebih memilih menutup mataku walau rasa kantuk itu sudah lenyap dan tidak tahu entah kapan hadirnya kembali.

*TBC*
MAAF YA BUAT SEMUA READERS YANG UDAH KECEWA KARENA LAMA UPDATE. SOALNYA AUTHOR NYA MALAS NGETIK KALAU UDAH PULANG KERJA. KARENA KECAPEAN LANGSUNG MILIH TIDUR DARIPADA MENGETIK LANJUTAN CERITA INI. MOHON MAAF YA#padahalbelumjuga kebaran.
#VOTE&COMMENT NYA DONG:)



OH MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang