1. si pelupa

23.7K 1.2K 235
                                    

Perkenalkan dia adalah lakik2 yg akan menghiasi mulmed ini di setiap weken utk penyegaran dan memanjakan mata kita
Klo skrg mah mulmed photonya 3x4 dulu 😆😅

Nina POV

"Gimana? Betah kerja di sini?" Pertanyaan yang keluar dari mulut seorang pria menghentikan aktivitasku.
Dirinya menyenderkan tubuh di pintu sambil tersenyum.

Kuas alat make-up yang hendak aku simpan ke dalam koper make-up milikku mengambang di udara, aku menghela napas panjang lalu kembali melanjutkan aktivitas membereskan peralatan yang harus segera aku benahi.

Waktu hampir menunjukkan pukul enam petang, bekerja menjadi penata rias memang tidak mengenal waktu, terkadang bisa pulang tengah malam, tergantung kelarnya pemotretan yang masih membutuhkan tenaga kami.

Pria berkacamata itu melangkah masuk lebih jauh ke dalam ruangan lalu menyenderkan bokongnya di pinggiran meja berhadapan denganku.

"Di tanya malah diem" Ucapnya sembari bersedekap.

Aku mendongak dengan mulut mencibir menatapnya.

"Gue betah kerja di sini, puas?" Jawabku ketus.

"Galak bener sih ngejawabnya" Pria itu terkekeh.

"Gue bakalan lebih betah lagi kalo gak jadi babunya si Adam itu" Suara yang keluar dari mulutku lebih terdengar seperti gerutuan.

"Abang kenapa gak bilang dari awal sih kalo model satu itu ngeselinnya gak ketolongan" Lanjutku lagi sambil menutup koper kecil bewarna hitam, koper khusus milikku untuk menaruh segala macam alat-alat permake-up'an.

Pria berkacamata bernama Toni ini adalah saudara kandung satu-satunya yang aku miliki di dunia ini.
Dia meringis menanggapi perkataanku barusan.

"Kalo abang ngasih tau kamu dari awal, kamu gak bakalan mau kerja di sini" Jawabnya sesaat kemudian.

"Harus betah lah" Lanjutnya lalu mengambil duduk di kursi yang biasa di tempati oleh para model untuk kami rias.

Lagi-lagi aku menghela nafas, kali ini lebih panjang dari sebelumnya.

"Ya betah karena suasana kerja di sini lebih enak dari tempat kerjaan gue yang dulu, itu satu"

"Yang kedua karena gaji sekarang lumayan gede karena abang maksa gue keluar dari kerjaan sebelumnya" Satu tanganku naik menyender di atas kepala sofa yang sedang aku duduki untuk menopang kepala.

Betah karena orang-orang yang bekerja di sini memang sangat ramah, mungkin mereka bersikap seperti itu karena tahu aku adalah adik kandung dari pemilik majalah fashion ini.

Tetapi sejauh ini selama sebulan bekerja, suasananya memang membuatku nyaman, aku yang selalu selektif dalam mengambil keputusan mencari nafkah langsung merasa betah bekerja di sini.

"Yang bikin gue gak betah, sumpah deh, gue di sini kerja jadi tukang rias, tapi kenapa sekarang bisa jadi merangkap babunya Adam itu, kan kesel" Kali ini tanganku mengacak rambutku sendiri.

Gimana gak kesel, selama tiga tahun pekerjaan utamaku adalah menjadi tukang rias para model di sebuah agensi model di tempat terdahulu dan sekarang aku mempunyai pekerjaan sampingan selain membuat wajah para model-model terlihat lebih menarik di depan kamera.

Sebulan lalu abangku menawarkan posisi make-up artis di majalah fashion yang dia dirikan sejak sepuluh tahun lalu dengan iming-iming gaji lumayan besar dan sekarang rasanya aku terjebak karena penawaran gaji yang di tawarkan olehnya.

Siapa yang tidak tergiur? Sehingga akhirnya aku melanggar prinsip sendiri bekerja dengan keluarga.

Ck, si Adam, model yang dua kali aku sebut namanya itu membuatku menyesal mengambil keputusan meninggalkan pekerjaan sebelumnya karena tergiur dengan besarnya gaji.

PelupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang