4. menyesal

6.1K 913 130
                                    

Lagi coba nginget2 naro dompet sama kunci mobilnya di mana ya om?

Nina POV

Langkahku terhenti di depan ruang ganti karena melihat Adam berada di dalam dengan wajah menunduk.

Bisa aku tebak, pasti dia lagi mikirin di mana dompet dan kunci mobilnya berada.

Seharian ini dia sibuk mondar-mandir ke sana kemari mencari dua benda yang dia taruh entah di mana.

Tega gak tega melihatnya, tetapi aku sudah berjanji tidak akan mau menolongnya walaupun pria itu memintaku untuk membantu mencarinya.

Aku hendak melanjutkan melangkah tetapi indera pendengaranku menangkap suara rintihan yang berasal dari ruang ganti.

Leherku melongok ke belakang melewati pintu ruangan tersebut, terkejut melihat Adam meringkuk di atas sofa dengan mata terpejam.

"Eh, kenapa lu?" Tanyaku bingung setelah berhambur masuk.

Aku sebenernya orang yang tidak mau mencampuri urusan orang lain, tetapi paling tidak tahan kalau melihat orang sakit.

"Saya pikir kamu gak bakalan peduli sama keadaan saya"

"Bantu cariin kunci mobil saya dulu ya sebelum pulang" Punggung Adam menegak dengan wajah di hiasi senyuman lebar.

Aku yang duduk berlutut di dekat sofa langsung berdiri.

"Nyesel deh gue cemas denger rintihan elu" Gerutuku kesal.

"Na, bantuin cari dong, saya gak bisa pulang, mana lapar" Rengeknya sambil menarik pergelangan tanganku.

"Kalau ketemu kan saya bisa bayar utang kopi" Lanjutnya lagi.

Aku menoleh ke arahnya, mencibir karena tidak suka melihat wajahnya yang masih terlihat merengek.

Udah pelupa suka merengek, gak malu sama umur. Kalau di bandingkan dengan bang Toni, kelakuan mereka sangat kontras satu sama lain.

Bang Toni sangat bersikap dewasa, mungkin karena dia anak pertama. Selain abangku sangat dewasa, dia juga penuh tanggung jawab dan sangat berdedikasi dengan segala hal, makanya tidak heran di usia bang Toni sekarang dia mempunyai usaha sendiri dan terbilang sukses.
Gak tau deh sama pria pelupa satu ini, umur segini kerjanya jadi model dengan bayaran rendah, aku melayangkan pandangan malas padanya.

Jadi ngebandingin abang sama pria ini, batinku.

"Elu gak perlu bayar kopinya" Ucapku akhirnya.

"Gak lah, saya tetap akan bayar semua utang-utang" Katanya senang.

"Lepasin tangan gue" Kataku sambil melirik pergelangan tanganku.

"Nanti kamu kabur gak bantuin saya nyari" Kedua tangannya malah memegang pergelangan tanganku.

Adam memperlihatkan cengiran lebar.

Pria ini kalau aku perhatikan di depan kamera dan melihat hasil photoshoot nya, wajahnya sangat serius, berbeda dengan wajah asli yang sekarang dia perlihatkan padaku. Dan tingkah lakunya seperti anak kecil.

"Lepasin! Gimana gue mau nyariin kunci mobil elu kalo tangan gue masih elu pegangin kaya begini"

Adam mengendurkan pegangannya lalu berdiri di sampingku, pria ini sangat-sangat tinggi, aku hanya sebatas dagunya saja.

"Elu ke sini bawa mobil, kan?" Tanyaku memulai mencari dan melangkah ke arah tasnya yang tergeletak di atas kursi.

"Ya bawa" Jawabnya cepat.

PelupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang