34. turn on

6.2K 808 183
                                    

Klo ditempel pake bemper atas sama cewe ini gmn om? Ada yg tegak tapi bukan keadilan ga? 🤭

Adam POV

"Dia karyawan baru di sini Dew?" Tanyaku pada Dewi yang sedang meriasku, pandangan mataku mengarah kepada seorang perempuan berambut panjang yang sedang memunggungi aku dan Dewi.

Perempuan yang aku maksud itu memutar tubuhnya lalu menatapku dengan pandangan tidak percaya.

"Elu seriusan gak inget gue Dam?" Tanyanya dengan mata melebar dan mulut terbuka.

Dewi terdiam, alat kuas yang dia pegang mengambang di udara tetapi tepat mengenai ujung hidungku.

"Kalian berdua lagi bikin sandiwara apa sih? Kok gue jadi bingung ya" Dewi memandang kami bergantian.

Perempuan berambut panjang itu melangkah menghampiriku lalu tubuhnya menunduk dengan menangkup wajahku.

"Beneran elu gak inget gue?" Tanyanya lagi dengan mata memicing menatapku dalam-dalam seperti mencari kebenaran di mataku.

"Ngapain saya bohong, saya memang pelupa, tapi saya bukan pembohong" Jawabku lalu menegakkan punggung sehingga perempuan itu berdiri tegak agar wajah kami tidak berdekatan.

"Pelupa?" Perempuan itu tertegun dengan wajah pucat.

"Dia gak sopan banget ya Dew, megang-megang muka orang, tolong rapiin riasan saya lagi" Pintaku pada Dewi setelah menepis kedua tangannya dari wajahku.

"Heh!? Beneran elu lupa gue? Lupa barusan udah nyium gue sambil remes-remes bokong gue?" Perempuan berambut panjang itu menggeser kursiku lagi sehingga kami berdua bertatap muka.

"Ha? Kalian ciuman lagi mbak Nin? Di mana? Kok gue gak tau" Dewi buru-buru meletakkan kuas riasnya lalu berdiri di antara kami.

"Lupa udah gesek-gesek kontos elu ke perut gue sambil ciuman?" Perempuan itu tidak memperdulikan Dewi.

"Omaigattt... Mbak Nina ih mulutnya omes banget, serem" Dewi terperanjat kaget.

Nina, perempuan yang barusan mengeluarkan suara lantang itu terdiam lalu menutup mulutnya.

"Gimana gak omes? Bergaul sama elu sehari-hari, akhirnya nularin gue jadi omes begini, dan dia udah pegang-pegang semua anggota tubuh gue kecuali memes gue" Nina menunjuk diriku.

"Ya ampun mbak Nin, nyebut ih, mulutnya kenapa jadi kotor begitu?" Dewi menghampiri Nina dan menepuk-nepuk pundaknya.

"Dia siapa sih Dewi?" Aku kembali bertanya pada Dewi.

"Gue Nina adiknya bang Toni, bos yang punya majalah fashion ini" Nina menunjuk dadanya yang membusung dengan wajah keruh.

"Nina? Saya pernah denger sih Toni punya adik perempuan, tapi saya gak tau kalau adiknya kerja di sini juga"

"Kamu jadi penata rias?" Lanjutku lagi.

"Udah nyiumin gue mulu sampe gue akhirnya terbiasa di sentuh dia, kok sekarang dia malah lupa gueee..." Kulihat perempuan itu menarik-narik rambut panjangnya kesal.

"Kalian udah ciuman berapa kali sih mbak? Kok elu gak cerita ke gue? Mbak Nin inget kan janji kita? Tidak ada dusta di antara kita" Dewi tampak merajuk.

Perempuan bernama Nina itu menatap Dewi dengan tatapan yang tidak bisa aku baca, wajahnya yang bisa aku lihat tampak frustasi.

"Ciuman sama dia? Kapan? Saya aja gak tau dia, gak inget dia siapa" Ujarku lalu menatap tampilan diriku di cermin.

Nina menatapku dingin dari pantulan kaca.

"Gue ke pantry dulu Dew, elu pegang model-model yang datang buat pemotretan siang ini dulu ya" Perempuan itu melirikku lalu berjalan menunduk keluar dari ruangan.

Aku hanya melihatnya dalam diam sampai punggungnya menghilang dari balik pintu.

"Om Adam beneran gak kenal mbak Nina?" Tanya Dewi setelah memutar kursi yang aku duduki.

"Nama dia kaya chihuahua peliharaan aunty saya yang kemarin mati" Ucapku setelah berpikir.

"Ini om Adam beneran gak kenal mbak Nina?" Dewi menatapku bingung.

"Gak inget sama gak kenal itu sama gak?" Aku balik bertanya padanya.

"Gak tau sama apa nggak, intinya om Adan gak tau mbak Nina?" Tanyanya lagi.

"Gak inget, gak kenal sama gak tau itu sama gak?" Lagi-lagi aku balik bertanya.

"Ck, om, saya lagi gak bercanda" Decak Dewi.

"Sejak om kerja di sini, om Adam itu gak inget nama karyawan yang kerja di sini kecuali nama mbak Nina"

"Liat om Adam kaya begini, aneh deh" Lanjut Dewi.

"Saya orangnya memang pelupa, saya gak bisa mengingat nama orang lain dengan mudah" Jawabku jujur.

"Iya, itu saya udah tau, yang jadi masalah, selama ini om Adam inget nama mbak Nina, nah kenapa sekarang selain gak inget nama mbak Nina om Adam juga gak inget sekalian sama orang-orangnya" Dewi tampak berpikir.

"Handphone om Adam mana?" Tanya Dewi setelah beberapa saat terdiam.

"Ada nih" Jawabku sambil menepuk handphone yang aku kantungi.

"Dompet?" Tanyanya kemudian.

"Di tas" Jawabku cepat sambil mengarahkan daguku ke tas milikku yang berada di atas lantai dekat sofa.

"Kunci mobil?" Tanya Dewi lagi.

"Kamu ngapain tanya-tanya benda milik saya?" Kedua tanganku melipat di depan dada dan menatap Dewi dengan pandangan curiga.

Aku sudah terlanjur memberitahukan letak barang-barang berharga milikku tanpa berpikir panjang, bisa saja Dewi mengambil salah satunya, siapa yang tahu?

"Ngetes doang, kalo om pelupa, gak mungkin inget di mana letak benda-benda yang barusan saya tanyain" Jawab Dewi lalu duduk di kursi rias sebelahku.

"Kenapa om Adam bisa lupa mbak Nina ya?" Gumam Dewi pelan.

"Kamu gak nerusin ngerias saya? Sebentar lagi pemotretan saya mau di mulai" Kataku mengingatkan dirinya yang malah terdiam.

"Tuh, sama jadwal pemotretan aja om Adam inget, ini ada yang aneh nih, tadi sebelum saya rias om Adam ngapain deh?" Dewi tidak segera kembali melanjutkan meriasku, perempuan itu malah tampak berpikir.

"Ngapain?" Tanyaku bingung.

"Ya makan apa? Atau melakukan apa? Mungkin aja ada kejadian kepala om kebentur sesuatu jadi om kaya ilang ingatan gini" Ucapnya.

"Seingat saya gak melakukan apa-apa" Jawabku tanpa berpikir.

"Oh iya, tadi saya berada di tangga darurat sama perempuan itu" Lanjutku karena teringat kejadian di mana aku bingung sedang melakukan apa di tangga darurat tersebut.

"Ha? Ngapain?" Tanya Dewi.

"Oh... apa kalian ciuman di sana ya? Kaya yang tadi mbak Nina bilang? Om Adam ciuman sambil gesek-gesek kontos ke perut mbak Nina, omaigattt...!" Dewi terperanjat dengan menangkup wajahnya sendiri.

Aku berpikir keras, "Apa kejadiannya seperti itu?" Gumamku dengan mencoba mengingat.

Kalau iya, kenapa aku tidak mengingat hal tersebut?

Berciuman sambil menggesekkan intiku ke perempuan sudah jelas perempuan itu istimewa sehingga dapat membuatku turn on.

Aku menjadi model sudah bertahun-tahun lamanya, tetapi selama pemotretan tidak pernah terjadi sesuatu yang dapat membuatku sampai turn on.

Bertelanjang dada bahkan berpelukan dengan model perempuan yang berpakaian minim pun tidak dapat membuat intiku keras sepanjang pemotretan.

Tetapi berciuman dengan perempuan itu aku turn on?

Ada yang aneh pada diriku.

Tbc

Ya aneh lah, ah au lah 😅😆

Sayang2nya tante, jaga kesehatan yaaa... lagi2 banyak org yg kena corona. Semoga kita semua diberikan kesehatan 🙏🏼

26/6/21

PelupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang