Photo apaan lagi sih yg dikirimin dedew nih, dirimu bakalan kesel ga liatnya nin di panas2in mulu kek sayur asem 😂😆
Nina POV
"Kasih uang dua ribu aja ma biar dia pergi" Ucapku sembari mengulurkan uang lembaran dua ribu rupiah kepada ibuku yang sedang melintasi ruang TV dari ruang tamu menuju arah dapur.
"Ya ampun Nin, emangnya Dewi tukang ngamen di kasih uang dua ribuan" Protes ibu lalu menepuk pundakku.
Ibuku memang mengenal Dewi walaupun aku baru menjadi rekan sekerjanya hanya sebentar karena Dewi pernah beberapa kali berkunjung ke rumah ini sekedar mampir atau ketika dia ingin melihat koleksian makeup milikku.
"Udah bukain sana pagernya, kasian Dewi hampir setengah jam di luar siang-siang begini" Lanjut ibu.
"Biarin aja, biar sampe kecium bau gosong dulu baru Nina bukain pintu pagernya" Aku tidak bergeming, masih duduk dengan kedua kaki berselonjor di atas sofa.
Rasakan pembalasan gue Dew, dasar teman pengkhianat.
Sudah dua hari berlalu sejak kejadian di mana aku dan Adam berciuman.
Maaf ya, ciuman kemarin gak bikin gue luluh terus hari ini gue mau balik kerja dan kembali menjadi asistennya.
Adam memang berhasil bikin kedua kakiku lemas berasa tidak bertulang karena di cium olehnya sedemikian rupa.
Ciuman yang aku pikir adalah khayalan mesumku ternyata adalah nyata terjadi.
Pria itu sudah membuktikan kalau dia bukan biseksual, Adam asli straight, bukti hasratnya kembali aku rasakan sepanjang kami berciuman.
Tidak kenal tempat tidak kenal waktu, ibarat seperti sepasang kekasih yang sedang di mabuk kepayang kami berciuman di teras rumah, untungnya pintu pagar rumah di lapisi fiber pagar warna gelap sehingga menutupi apa yang terjadi di balik pintu pagar.
Kalau tetanggaku melihat kejadian ciuman yang tidak hanya melibatkan bibir, lidah dan juga sebelah kakiku membelit pinggul Adam, alamat namaku di coret dari kartu keluarga apabila salah satu tetangga melaporkan kejadian di hari Sabtu itu kepada ibuku.
"Ninaa, bukain pagarnya ah, mama gak tega Dewi entar dehidrasi kepanasan gitu" Suara ibu terdengar dari arah dapur.
Sejak Dewi datang aku mengancam ibu untuk tidak membukakan pintu pagar bagi Dewi.
"Iya ma, Nina bakalan bukain kok, tapi gak sekarang" Jawabku lalu kembali fokus membaca cerita di kakaopxxx.
"Kalian kenapa sih? Mama jadi curiga deh kamu udah lebih seminggu ini gak kerja-kerja"
"Jangan-jangan kamu bukannya cuti, tap..."
"Nina buka pager dulu ya ma" Aku memotong perkataan ibu yang masih berada di dapur.
Bisa bahaya kalau ibuku mulai curiga, bisa-bisa beliau nanti menelpon bang Toni.
Memang aneh sampai saat ini bang Toni tidak menyadari kehadiranku di kantor, apa selama semingguan ini abangku itu tidak pernah ke ruang rias untuk mencariku?
Biasanya kan bang Toni suka mampir ke ruang rias.
"Mbak Ninaaa..." Wajah Dewi tampak sumringah ketika melihatku muncul dari balik pintu rumah.
"Ngapain lu ke sini?" Tanyaku dengan memberikan tatapan tajam.
"Mau numpang pipis" Jawab Dewi sambil cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelupa
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 6/3/21 - 31/7/21