Jadi gmn nin, deal ga? 😏
klo ga mau, adam mo nawarin tante nih 🤭😆
Kalian semua kayanya ga pada ngeh ya? Sampe chap ke-7 ini tante ga pasang mulmed cast di nina 😅
Tante sengaja krn biar kalian halu jadi nina 🤭😆Adam POV
Nina sangat keras kepala, padahal aku sudah memberikan jalan keluar yang persentase keberhasilannya bisa mencapai 100%.
Dia lebih memilih mempertahankan hubungan dengan pria yang menurut Toni tidak punya masa depan itu ketimbang menjadi asistenku.
Aku masih berada di ruang rias, seharian ini memang tidak ada jadwal pemotretan, aku sengaja datang ke kantor agar dapat membujuknya menjadi asisten.
Toni sudah bisa aku atasi, pemilik majalah fashion ini akhirnya mau mengeluarkan sedikit pengeluaran lagi untuk membayar Nina.
Tinggal selangkah lagi agar aku mempunyai asisten pribadi.
Bukan tanpa alasan kenapa aku sampai ngotot menjadikan Nina sebagai asisten.
Menurutku walaupun Nina galak tetapi dia orangnya tidak tegaan, buktinya ketika aku berpura-pura sakit dia langsung berhambur masuk dengan wajah terlihat cemas.
Dan dia akhirnya mau membantu mencarikan kunci mobil dan dompetku.
Nina sesuai menjadi asistenku setelah beberapa hari lamanya dia dengan cepat mendapatkan barang-barang milikku yang aku sendiri lupa meletakkannya.
Menjadikannya asisten menurutku lebih hemat, satu orang merangkap dua pekerjaan dengan sedikit menambahkan gaji.
Dan alasan utamanya adalah karena aku mengingat nama dia dengan jelas di otak.
Aneh memang, kenapa bisa dengan mudah aku mengingat namanya selain nama-nama keluarga intiku dan juga Toni si pemilik majalah fashion ini.
Tetapi semakin keras aku mencoba berpikir mengapa bisa mengingat namanya semakin pusing kepalaku bekerja keras.
Mungkin nanti aku akan bertanya pada keluargaku soal nama 'nina' itu, kalau tidak lupa bertanya.
Gerakan Nina yang mengambil tas nya menyita perhatianku, ternyata sudah waktunya pulang ya.
Hari ini tidak ada pemotretan hingga malam, rekan Nina pun sudah pulang dari tadi.
Aku berjalan mengikutinya pelan menuju lobi, berpikir-pikir soal merencanakan sesuatu.
Langkah Nina semakin cepat menuruni tangga menuju parkiran di halaman gedung yang terletak di sebelah kiri.
Aku masih mengikutinya berjalan ke arah sebuah mobil yang terparkir di bawah pohon.
Seorang pria terlihat keluar dari mobil dengan wajah keruh.
Ah... Mungkin dia kekasihnya Nina, siapa ya namanya?
Aku memejamkan mata mencoba untuk mengingat-ingat."Lama banget sih?" Pria itu langsung menyemburkan kata-kata bukan sapaan seorang kekasih.
"Gue kerja kali Nwar, lagian gue gak minta elu jemput" Sahutan Nina lebih pedas di dengar.
"Bukannya makasih udah gue jemput" Sahut pria itu dengan wajah cemberut.
Nwar, Nwar ahh iya namanya kalau tidak salah Anwar, aku menjentikkan jari, senang juga karena berhasil mengingat namanya.
Kalau rekan sekerja Nina namanya De...
"Ngapain makasih, udah pulang sana"
Keningku mengernyit mendengar Nina mengusir kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelupa
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 6/3/21 - 31/7/21