26. adam membuktikan

5.7K 814 157
                                    

Ohh itu gagang telpon toh, tante pikir apa 😅

Nina POV

Benci, aku benci sama pikiranku ini. Kemarin Adam kenapa sih sampai berkata seperti itu?

Udah gila dia, sejak sakit panas memang banyak perubahan yang terjadi padanya.

Yang pasti Adam sudah tidak pelupa lagi, aku yakin akan hal itu.

Dan yang lebih mengejutkan lagi, kenapa dia bisa... ahh ampun deh, kemarin dia itu menggodaku atau apa?

Bukti nyata biar aku percaya kalau dia straight kan gak harus ngusap-ngusap anunya, tuh kan pikiranku begini lagi.

Adam udah gila sampe bisa nawarin hal kaya gitu ke aku, memangnya aku cewek apaan? Dia pikir aku bakalan langsung menyetujui mengusap 'anu' hanya karena ingin memastikan dia gay atau biseksual seperti dugaanku?

Aku bukan Dewi ya. Perempuan otak mesum itu pasti dengan sukarela mengusap 'anu' Adam tanpa dia pinta.

Dih, ngusap-ngusap.

"Nina, sampai kapan kamu ngusapin bibir saya begini?" Suara berat milik Adam menyeretku kembali ke alam nyata.

Aku tersentak kaget melihat jariku yang masih mengusap bibirnya, entah sudah berapa lama aku melakukannya.

Sampai tidak sadar kalau sedang merias pria yang sudah tidak lagi menyandang predikat 'pelupa' ini.

Gara-gara mikirin mengusap 'anu' aku malah tidak sadar begini.

"Kayanya mbak Nin sengaja tuh om, mau megang bibir om Adam lama-lama"

"Berisik lu Dew, gue pikir kemarin elu ijin ke rumah sakit karena mau benerin letak otak elu yang mesum" Sahutku sambil meletakkan lip balm dan mengambil sisir lalu menyisir rambut lebat milik Adam.

Rambutnya lembut banget, wangi lagi, pikirku dengan mata fokus mengamati rambutnya.

"Tuh, tadi megangin bibir sekarang megangin rambut, mana tatapannya kaya gitu, orang kalau yang liat elu sekarang ini ya mbak, pasti ngiranya elu lagi mikirin yang iya-iya" Seloroh Dewi.

"Kenapa rambut saya? Udah panjang ya? Saya memang lupa potong rambut ke salon" Adam menoleh ke belakang.

"Maksudnya lupa ke salon? Apa lupa kalau rambutnya udah panjang?" Tanya Dewi yang sedang duduk di sofa belakang kami.

"Lupa ke salon" Jawab Adam cepat dengan melirikku dan berdeham.

"Mumpung inget om, potong rambut sama mbak Nin aja, dia jago motong rambut lho, gak tau ya?" Dewi mengambil duduk di samping kami.

"Heh! Gue udah cukup ya jadi penata rias sama jadi asistennya dia, jangan di tambahin jadi hair stylist dia juga" Sungutku kesal.

"Emang kenapa sih mbak? Kan mayan motong rambut sama elu gak perlu ngeluarin duit" Kata Dewi.

"Ya gak om?" Lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya ke Adam.

Adam hanya mengangguk.

"Enak bener idupnya dia, jadiin aja gue budak seumur idup biar dia bisa nyuruh gue ini itu gak ngeluarin duit" Sungutku kesal dan berbalik dengan cepat. Karena bergerak tiba-tiba, tidak sengaja kakiku membentur kaki kursi sehingga tubuhku terhuyung ke depan.

"Mbak Nin awassss..."

Apa yang terjadi selanjutnya tidak bisa aku bayangkan, objek terakhir yang aku lihat adalah pandangan mataku menangkap ujung meja.

Sangat ngeri membayangkan mataku akan terluka karena terkena ujung meja tersebut.

Tetapi tidak terdengar suara benturan maupun suara retakan meja ataupun suara kaca meja pecah karena mataku terpejam sesaat kemudian. Yang terasa hanya satu telapak tangan besar menangkup payudaraku.

PelupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang