25. biseksual? jelas2 aku straight

5K 833 180
                                    

Posenya om, jgn di hayati elahhh 🤭
Pdhl om uje blg feel nya ga dpt 😅

Adam POV

Nina berubah, bukan berubah menjadi lebih ramah padaku, tetapi sikapnya berubah semakin dingin.

Sudah tiga hari kalau aku hitung-hitung dia seperti ini.

"Nina, kamu bawa makanan?" Tanyaku mencoba peruntungan, mungkin saja hari ini moodnya sudah kembali normal, kemarin dia tidak menjawabku dan tidak pernah lagi membawa makanan.
Aku bertanya kali ini mungkin saja dia membawa makanan.

"Nggak" Jawabnya singkat.

"Kamu mau makan apa? Saya yang bayarin" Tawarku.

"Gak usah" Tolaknya ketus.

"Elu di suruh balik lagi tuh sama mas Uje, photo ulang sama Theresa, katanya photo segitu banyak gak dapat feelnya" Nina memperlihatkan layar handphonenya padaku isi chatnya dengan photographer yang tadi bertugas memotret.

Aku berdiri di depannya.

Nina mendongak menatapku bingung.

"Kenapa? Cepetan ke sana, riasannya juga belum luntur kok, elu mau di rias ulang?" Tanyanya.

"Gak perlu di rias lagi, kamu gak ikut saya ke sana?" Aku balik bertanya.

Ku dengar suara decakan yang keluar dari mulutnya seiring tubuhnya berdiri dari duduk.

"Gue malah berasa jadi bodyguardnya ketimbang tukang rias karena sering ngikutin dia kemana-mana" Nina berjalan melewatiku.

Dengan cepat aku menangkap pergelangan tangannya, Nina tersentak kaget.

"Jalannya jangan duluan, barengan" Ucapku sebelum dia membuka mulut.

"Ck, gak usah pegangin tangan gue juga kali, emang kita truck gandeng" Sungutnya kesal dengan menghentakkan tangannya berusaha terlepas dariku.

Karena kesal dengan sikapnya yang semakin dingin padaku, aku menghimpit tubuhnya sehingga terbentur meja rias, untung Dewi hari ini tidak masuk kerja, bisa di pastikan kalau dia ada di sini, pasti perempuan itu akan mengomentari posisi kami saat ini.

"Kamu kenapa Nina? Yang saya perhatiin kamu sepertinya menghindari saya" Tanyaku dengan tubuh menunduk agar wajah kami sejajar.

Matanya melebar dengan mulut terbuka lalu kembali menutup, tangannya mendorong tubuhku ke belakang.

Aku bergeming, sengaja menahan kaki lebih kuat menginjak lantai agar Nina tidak dapat menggeser tubuhku.

"Jawab saya" Desakku dengan kedua tangan mengunci tubuhnya.

"Elu mau ngapain sih?" Nina kembali mendorong tubuhku.

Dengan cepat aku menarik kedua tangan Nina dan melipat ke belakang tubuhnya.

Posisinya benar-benar terkunci, tubuh kami sangat menempel. Kalau orang lain melihat kami, aku seperti memeluk Nina sangat erat.

Nina yang tadinya mendongak tiba-tiba menunduk, hidungnya menempel di dadaku, mungkin karena menyadari salah melakukan gerakan, perempuan itu dengan cepat menoleh ke samping dengan tubuh yang kurasakan menegang.

"Lepasin gue gak!" Nina berusaha berontak.

Aku tersenyum tipis, usahanya sia-sia karena aku lebih kuat darinya.

"Gue teriak nih" Ancamnya.

"Saya heran sama kamu, kenapa gak pernah bersikap ramah ke saya" Aku tidak memperdulikan protesan Nina.

PelupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang