18. nyusahin bgt sih jadi org

3.2K 677 199
                                    

siawasiwa uwono uweni yg kolor merah jgn sampe lepas 😆

Nina POV

"Mbak Nina liat om Adam?"
Pertanyaan yang sama dari orang yang berbeda untuk kesekian kalinya di tujukan padaku dalam jangka waktu berdekatan.

"Gak mas" Jawabku dengan nada suara yang aku usahakan terdengar senormal mungkin.

Padahal sudah kesal banget, dan hampir mencapai ke ubun-ubun, mereka bertanya padaku memangnya aku ini siapanya Adam?

Asistennya bukan. Saudaranya juga bukan.

"Ok, kalo dia datang tolong cepat di rias ya mbak, thank you" Ucapnya sebelum beranjak pergi.

"Om Adam kira-kira kemana ya mbak?" Dewi membuka suara.

"Elu pake nanya ke gue lagi, mana gue tau" Jawabku ketus, jadi melampiaskan kekesalanku padanya.

"Udah dua hari lho om Adam gak datang ke kantor" Kata Dewi setelah menyeruput kopi.

"Bodo amat, emang urusan gue" Sahutku lalu ikutan menyeruput kopi pemberian model yang beberapa menit lalu aku rias.

"Dia lupa kali ya kalo dua hari ini ada jadwal pemotretan" Dewi masih saja membahas pria pelupa itu.

Karena malas menyahuti perkataan Dewi aku menyibukkan diri membersihkan alat make-up mumpung belum ada model yang datang untuk di rias.

"Apa jangan-jangan om Adam sakit? Dua hari lalu kan ujan gede tuh, mungkin dia keujanan terus sekarang masuk angin gara-gara gak ada yang ngerokin"

Aku mencebik mendengar perkataan Dewi.

"Wah kasian juga kalo masuk angin gak ada yang ngerokin" Suara Dewi kali ini terdengar pelan.

"Eh Dew, mikir deh lu, mana mungkin dia keujanan, memangnya dia pulang pergi kerja naik angkot atau jalan kaki?"

"Dia kan naik mobil, mana mungkin keujanan kecuali atap mobilnya bocor" Lanjutku lagi sambil berbalik badan menghadap Dewi yang terlihat sedang memainkan name tag di dadanya.
Name tag yang katanya tidak berfungsi untuk mengingatkan Adam akan namanya, udah tahu gak ada gunanya tetapi Dewi tetap memakai name tag tersebut.

"Gue kan cuma menduga-duga mbak, hehehe..."

"Kenapa sih? Sewot mulu bawaannya" Dewi mencolek lenganku.

"Lagian orang-orang nanya dia ke gue? Emang gue asistennya? Ya kalo pada kecarian kenapa gak langsung nelpon handphonenya" Sungutku kesal.

"Iya tuh emang, kenapa pada gak nelpon ke handphonenya ya? Apa mereka jangan-jangan pada ketuleran lupanya om Adam"

"Dek" Suara bang Toni terdengar dari ambang pintu,
menyita perhatian aku dan Dewi.

"Adam udah datang?" Tanyanya.

Aku menghela nafas lewat mulut dengan berusaha untuk tidak kembali kesal.

Walaupun pertanyaan bang Toni berbeda tetapi di telingaku tetap saja sama seperti pertanyaan yang terlontar dari orang-orang sebelumnya.

"Gue gak tau dia udah datang ke kantor ini atau belum bang, intinya ya jangan nanya ke gue" Ucapku dengan rahang mengetat.

"Bisa aja dia udah datang tapi gak langsung ke ruang rias ini"

"Bisa aja dia lupa di rias dan langsung ke ruang pemotretan"

"Bisa aja..."

"Dia gak ada di mana-mana, tempat ini yang terakhir abang periksa" Bang Toni memotong perkataanku.

PelupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang