41. persiapan

4.6K 816 187
                                    

Tum.pul edisi kedua, tante ga munculin si ibu gusti krn si ibu komplain ga bisa tidur gegara keseringan nerima sodokan anu om adam dari belakang
Duh bu gusti ga nyadar seberuntungnya dirimu buuu, tante yakin banyak para pembaca yg mau gantiin posisi ibuuu 😆

Nina POV

"Kamu kok bisa setuju jadi istrinya Adam, dek?"

"Calon bang, calonnnn, belum jadi istri" Sahutku geram setiap kali menjawab pertanyaan bang Toni yang satu ini.

Dari awal nanya soal kenapa aku mau jadi asisten Adam di ikuti dengan pertanyaan berikutnya kenapa aku mau jadi pacarnya dan sekarang...

"Ya kan bentar lagi jadi istrinya, kok mau sih dek? Memangnya udah gak ada lagi lelaki yang tersisa selain orang pelupa macam Adam itu?"

Aku menghela nafas panjang, bang Toni memang belum mengetahui perihal Adam yang sudah tidak lagi pelupa.

Tolong di ingat ya, usahaku membuat otak Adam menjadi normal hampir membuahkan hasil.

Beberapa ratus kali kami berciuman dengan percobaan-percobaan yang membuatku takut Adam kembali tidak mengingatku akhirnya bisa membuat kecemasanku berkurang.

Kepanikanku mereda, pikiran konyol di tinggal begitu saja pada malam pertama apabila aku meremas-remas kontosnya kemungkinan terjadi hanya sekitar satu persen saja.

Belakangan ini ciuman di iringi remasan di sana-sini tidak membuat Adam melupakan aku.

"Kayanya abang sama ibu dari awal juga setuju gue sama Adam pacaran, bener kan?"

"Abang seneng karena Adam yang bisa bikin gue terbiasa bersentuhan sama lelaki"

"Abang harusnya berterima kasih sama Adam karena dia udah bikin abang bisa meluk-meluk gue tanpa muka berakhir bonyok kena tinju dari gue" Cengiran terbit di wajahku pada akhir kalimat yang selesai aku ucapkan.

Kepala bang Toni mengangguk-angguk.

"Ya memang betul dia udah bisa bikin kamu begitu, tapi kamu memangnya udah kuat mental punya pendamping hidup orang yang pelupa, dek?"

"Pasangan hidup itu saling melengkapi" Jawabku sambil mengerling.

"Eh, gue balik ke ruangan dulu bang, Dewi nyariin gue nih" Lanjutku setelah membaca pesan masuk dari perempuan yang tidak sembuh-sembuh dari kemesuman.

Aku melangkah menuju ruang kerjaku, bertegur sapa dengan para model yang berpapasan denganku.

"Kenapa Dew?" Tanyaku begitu menutup pintu ruang rias dan melihat Dewi yang sedang merias Joe.

"Om Joe nyariin elu" Jawab Dewi tanpa menoleh padaku.

Model lelaki tampan berambut pirang tetapi mempunyai alis tebal berwarna coklat madu itu menoleh padaku.

"Kenapa Joe?" Tanyaku setelah mengambil duduk di sampingnya.

"I want you to accompany me here" Jawabnya dengan suara pelan.

"Why?" Aku melirik ke arah Dewi yang sedang merapikan rambut Joe.

"Ngomongnya pake bahasa deh, bikin curiga aja, pasti lagi ngomongin gue ya?" Kata Dewi dengan nada curiga.

Kali ini aku melirik Joe.

"She keeps talking about dirty things" Joe kembali bersuara pelan dengan bola mata memutar lalu menghela nafas.

"Tuh kan bener, pasti lagi ngomongin gue" Dewi menghentikan kegiatannya, tangannya mengambang di udara dengan sisir di tangannya.

"Tau dari mana?" Tanyaku.

PelupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang