Pose lanjutan yg tempo hari udah lamaaaa bgt
sebenernya tema pemotretannya apaan sih om sampe rela mamerin aurat begitu tiap hari? 🤭😆Adam POV
"Omaigattt... Om Adam makin meresahkan ya bundd.."
Suara perempuan yang terdengar tercekat menyita perhatian orang-orang yang berada di ruang pemotretan ini.
Aku menoleh ke asal suara, Dewi, perempuan rekan kerja Nina yang masih terlihat memakai name tag itu berdiri di samping Nina dengan tatapan tepat mengarah padaku.
"Kenapa Dew?" Tanya salah satu kru.
"Pose telentang gitu minta banget di templok" Ucapnya lagi.
Dewi setiap kali datang ke ruang pemotretan pasti ada saja yang dia komentari.
"Sttt..." Nina menyenggol lengan Dewi.
Mereka terlihat beragumen tanpa suara, hanya mata dan tangan mereka yang bergerak-gerak.
Aku lupa sejak kapan bisa mengingat nama Dewi dan nama-nama karyawan inti kantor ini.
Seingatku kalau tidak salah sejak aku mengalami panas tinggi, aku merasakan perubahan pada diriku.
Otakku mengingat sesuatu yang biasanya aku lupa.
Tetapi agar Nina tidak curiga aku berusaha untuk tidak mengingat sesuatu, contohnya aku selalu menelponnya dini hari menanyakan jadwal pemotretan.
Hal itu aku lakukan walaupun tidak setiap malam, kasian juga membangunkan dia yang mungkin sudah tidur nyenyak.
Kalau Nina tahu atau menyadari aku sudah tidak lupa lagi, mungkin dia mengundurkan diri menjadi asisten karena aku bisa mengingat jadwal pemotretan sehari-hari.
Mataku bersitatap dengan Nina, reflek aku tersenyum tipis padanya.
Nina jangan sampai mengundurkan diri sebelum aku bisa membuatnya bersikap ramah padaku.
Perempuan itu masih saja galak.
"Adam arah matanya jangan ke belakang Adamm... buang ke samping, yak gitu, bagus" Suara photographer meminta perhatianku.
"Ok, pemotretan hari ini selesai, makasih Adam, makasih para kru-kru"
Aku beranjak menghampiri Nina sambil memakai kaus yang tadi aku tanggalkan.
"Gila, make kaos sambil jalan aja keren gitu ya, berasa kaya lagi liat iklan, coba tadi gue rekam terus bikin slowmo, gak perlu di edit lagi, pasti hasilnya cakep" Dewi menatapku dengan tatapan kagum.
Nina mengangsurkan handuk kecil basah padaku.
"Makasih" Ucapku tanpa memperdulikan tatapan Dewi padaku.
Perempuan itu sampai mendongak tinggi-tinggi agar melihat wajahku.
"Mau makan apa siang ini?" Tanya Nina.
"Kamu masak gak?" Aku balik bertanya padanya.
Sejak dia masak, aku jadi ketagihan makan masakan buatannya.
"Om Adam kenapa jadi ketagihan makan masakan mbak Nin deh?" Dewi menyeruak di antara kami.
"Ya karena enak" Jawabku cepat.
Aku melirik Nina yang langsung menunduk.
"Ha? Gue rasa om Adam itu lidahnya mati rasa, masakan asin gitu di bilang enak" Ucap Dewi.
Nina mendongak.
"Asin? Kata siapa? Enak kok, rasanya pas" Kataku sebelum Nina membalas perkataan Dewi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelupa
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 6/3/21 - 31/7/21