11. nanti juga ingat

3.8K 613 112
                                        

Mukanya beda si om, apa yg bikin beda ya? 🤔

Adam POV

"Pacar kamu udah gak telponin kamu lagi?" Pertanyaanku barusan menghentikan gerakan tangan Nina yang sedang menyapukan kuas di rahangku.

Nina mematung, aku melirik rekan kerjanya yang suka menghabiskan makanan setiap kali aku membawa sesuatu berupa sogokan untuk Nina, perempuan itu juga mematung. Mereka berdua saling melirik satu sama yang lain.

"Kenapa pada diam? Kalian lagi main 'pause' and 'play' ya?" Tanyaku.

"I think you're asking Nina a question about something very personal, dude"

Aku menoleh ke arah model yang sedang di rias oleh rekan kerja Nina.

"Yeah? Saya pikir gak terlalu personal karena saya tau apa yang terjadi sama dia dan pacarnya beberapa hari yang lalu"

"But still, women don't want to share their feelings or tell more stories to strangers, that means, both of us"
Model pria itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Nina dari pantulan kaca.

Nina membalasnya dengan senyuman.

See, perempuan itu kalau dengan model yang lain ramahnya luar biasa, sedangkan denganku dia sangat-sangat tidak bersahabat.

"Om Jordan ngomongnya pake bahasa aja deh om, jangan pake bahasa inggris, gak pengen banget Dewi ngerti"

Ah ya, nama rekan kerja Nina itu bernama Dewi, perempuan itu menepuk pundak pria yang sedang dia rias.

"Ada apa Dewiii? Kamu mau ngerti apa?" Tanya model bernama Jordan.

"Ya semuanya, om Jordan ulang lagi deh tadi ngomong apa, tapi pake bahasa" Balas Dewi.

"Kali aja om Jordan lagi ngomong jorok sama om Adam" Lanjutnya sambil memperlihatkan cengiran aneh di wajahnya.

"Mereka gak kaya elu Dew" Nina menimpali dengan lirikan sengit ke arah Dewi.

"Ya kali aja hehehe... eh iya om Jordan, tolongin Dewi terjemahin ke bahasa inggris dong"
Dewi menggeser tubuhnya ke depan berhadapan dengan Jordan.

"Apa?" Tanya Jordan.

"Jangan yang aneh-aneh ya Dew, gue lempar pake koper make-up lu kalo ngomong yang aneh-aneh" Ancam Nina dengan berkacak pinggang.

"Gak lah, gak aneh, kan gue udah bilang, gue ngomong mesum cuma sama elu doang mbak" Dewi mengerling ke arah Nina lalu mengerling ke arahku juga.

Nina kembali melanjutkan aktivitasnya memoles bibirku dengan pelembab.

"Apa bahasa inggrisnya dua satu dua satu dua mobil warna"

Keningku mengernyit mendengar perkataan Dewi sedangkan Nina terlihat menggelengkan kepala.

"Two one two one two car color?" Suara Jordan terdengar ragu.

"Tukar kolor sama siapa om Jordan? Hihihi...." Dewi terkikik.

"Dewi ngomong apa sih?" Tanyaku bingung pada Nina.

"Gak usah di pikirin" Jawab Nina cepat, perempuan itu terlihat semakin fokus meratakan pelembab di bibirku dengan sedikit menunduk.

Siapa juga yang mau mikirin? Aku memang tidak pernah terlalu memikirkan perkataan orang lain apalagi mengingat segala sesuatu sampai sedetail mungkin, hanya kejadian-kejadian yang menurutku penting saja yang harus aku ingat dan aku simpan di memori otak.

Mengingat nama orang-orang saja susah, mengingat aku meletakkan handphone, kunci mobil dan kartu akses apartemen saja suka lupa.

"Segini cukup?" Tanyanya sambil menegakkan punggung.

PelupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang