Ini bukan tante yg crop photonya ya, beneran tante tuh dptnya udah begini, jadi ya bayangin bareng2 aja bawahnya kaya bijimana 😆😂
Nina POV
"Udahan muncratnya?" Tanyaku sambil memutar tubuh ketika mendengar suara pintu pantry terbuka.
Aku menutup mulut begitu melihat sosok yang muncul dari balik pintu, aku pikir Dewi ternyata Adam.
Pria itu berjalan memasuki ruang pantry lebih ke dalam dengan wajah datar, menyebalkan banget melihat mukanya seperti itu karena biasanya dia selalu tersenyum padaku akhir-akhir ini, tetapi melihat rautnya seperti itu, aku kembali teringat masa-masa di mana dia yang dulu masih suka menyuruh ku ini itu.
"Kamu ngomong sama saya?" Tanyanya sambil berjalan ke arah rak piring dan mengambil gelas.
"Nggak, gue ngomong sama pintu" Jawabku cepat lalu kembali menelungkupkan wajah.
Biar deh, biar aja keadaannya begini, bagus kami belum melakukan sesuatu yang lebih dari ciuman, jadi tidak menyesal Adam melupakan aku.
"Kamu gak kerja? Kamu gak tau saya adalah salah satu pemegang saham di perusahaan ini?"
"Saya gak mau ngeluarin uang sia-sia untuk ngegaji karyawan yang gak kerja"
Suara Adam terdengar angkuh, tubuhku menegak lalu berdiri dan menghadap padanya.
"Kerja pak, tapi saya mau ngisi tenaga dulu" Jawabku sambil membungkuk hormat lalu kembali menegakkan tubuh dan memperlihatkan senyuman tipis padanya, ujung bibir atasku berkedut-kedut karena tidak rela tersenyum khusus untuknya.
Pria itu melihat wajahku dengan pandangan aneh.
"Bibir kamu kenapa? Stroke ringan ya? Biasakan diri untuk tersenyum yang kelihatan tulus pada salah satu pemegang saham di perusahaan ini"
Aku mendengus pelan, barusan Adam bilang kalau dia adalah salah satu pemegang saham di sini, bisa-bisanya dia ingat, tetapi kenapa pria yang masih memandangiku sedemikian rupa ini bisa gak ingat aku?
Rasanya ingin menerjang Adam dan membenturkan kepalanya, mungkin saja dengan membenturkan kepalanya ke atas permukaan lantai atau dinding bisa membuat dirinya ingat padaku lagi.
Tapi... apakah percobaan khayalanku ini akan membuahkan hasil? Karena seingatku waktu dulu Adam jadi tidak pelupa karena badannya panas, bukan karena kepalanya terbentur.
Apa di saat kami berciuman Adam sedang sakit panas?
Nggak deh, badannya gak panas, eh, panas gak ya? Tangan gue kan gak meriksa suhu tubuhnya tetapi malah memeriksa bagian tubuhnya yang keras.
Rasa bangga muncul pada diriku sendiri, aku mampu tidak lagi mengucapkan kata kontos, memes, kontosinasi atau pun kata-kata kotor yang sering di ucapkan Dewi.
Walaupun mulut, tete, perut dan bokongku sudah tidak suci lagi karena pernah bersentuhan atau pun disentuh dengan anggota tubuh milik Adam, otakku ini harus aku jaga kesuciannya.
Aku harus berpikiran bersih, tidak boleh mesum.
Kalau otak sudah terkontaminasi atau sedikit tercemar masih bisa di selamatkan, pokoknya aku berjanji tidak akan berpikiran mesum lagi, aku membulatkan tekad dengan tangan mengepal.
"Ngisi tenaga itu dengan cara malas-malasan seperti tadi?" Tanya Adam sambil menuangkan jus jeruk ke dalam gelas, menyeretku kembali ke alam nyata.
"Biasanya sih ngisi tenaganya dengan ciuman, tapi karena lawan yang biasa ciuman sama saya sekarang lupa sama saya ya jadinya ngisi tenaganya begini" Jawabku tanpa sadar menyindirnya lalu menepuk-nepuk mulutku karena sudah melanggar janji yang barusan saja aku buat.
Kulihat sebelah alisnya terangkat.
"Maksud kamu Anwar?" Tanyanya setelah meneguk jus jeruk secara perlahan. Tatapan matanya tidak lepas menatapku.
"Elu tau Anwar?" Mataku melebar.
"Sepertinya saya sering mendengar Toni nyebutin nama Anwar pas lagi ceritain adiknya" Jawabnya lalu berbalik ke wastafel dan mencuci gelas yang barusan dia pakai.
Aku menghela nafas panjang.
Kirain dia ingat.
Ah, percuma deh mengharapkan dia tidak lagi lupa, mana ada sih orang normal yang punya sifat pelupa terus menjadi normal terus kembali pelupa lagi.
"Balik kerja lagi kalau tenaganya udah terisi penuh" Ucap Adam sebelum punggungnya menghilang dari pandanganku. Pria pelupa itu meninggalkan aku sendiri di ruang pantry.
Aku kembali duduk dengan lemas.
Kenapa dia jadi begitu sih? Belum juga mulai berpacaran tapi dia... ahh tau lah.
"Mbak, barusan om Adam ke sini? Ngapain?" Suara Dewi terdengar dari arah pintu.
"Minta kontosnya di remes lagi" Jawabku asal.
"Omaigattt... barusan elu ngomong apaan mbak?" Tanya Dewi dengan menghentak-hentakan pundakku.
Aku menegakkan punggung dengan tiba-tiba.
"Dew" Panggilku pelan kepada perempuan yang sudah duduk di depanku.
"Lanjutin cerita elu mbak, gue udah siap lahir batin" Dewi mengusap-usap telapak tangannya.
"Ciuman gue sama Adam tiba-tiba berhenti pas gue remas kontosnya" Ucapku pelan tetapi bukan memulai cerita yang ingin di dengar oleh Dewi.
"Pas saat itu dia diam sebentar terus nanya gue siapa, apa dia kaget ya karena gue remes kontosnya sampe shock" Aku mencoba berspekulasi.
"Elu ngeremes kontosnya kekencengan gak mbak? Denger bunyi krek gitu apa gimana?" Tanya Dewi.
Kepalaku menggeleng.
"Gue rasa memang gara-gara gue remes kontosnya itu kali ya" Kataku tidak memperdulikan mulutku ini kembali menyebutkan kata kotor yang seharusnya tidak aku ucapkan.
"Bentar deh mbak, bijimana ceritanya remes kontos bisa bikin orang jadi balik pelupa? Apa hubungannya kontos sama otak?" Tanya Dewi.
"Hubungannya sama-sama melibatkan kata 'kepala', sama-sama punya kepala" Jawabanku lagi-lagi asal keluar saja dari mulut.
"Beneran deh, gue seneng banget sama elu mbak, gak sia-sia berteman sama gue kalo hasilnya elu bakalan kaya begini" Dewi terkekeh.
Aku yakin Dewi bangga karena aku sudah masuk golongan manusia mesum seperti dirinya.
"Beneran Dew, kayanya Adam berubah setelah gue remes kontosnya deh" Kataku mencoba fokus dengan permasalahan yang aku hadapi.
"Ya udah elu coba remes kontosnya lagi aja, kali-kali om Adam inget elu" Ucap Dewi.
"Gimana caranya? Dia aja sekarang sikapnya begitu ke gue. Masa iya gue tiba-tiba ngeremes kontosnya, yang ada ntar gue malah di pecat" Kataku ragu.
"Ya elu pura-pura kepleset atau tubrukan gak sengaja gitu mbak, ngapain kek, pokoknya telapak tangan elu harus mendarat tepat di kontosnya terus remes deh" Saran Dewi.
"Teori gampang, prakteknya sulit" Aku mengusap wajah.
"Apa mau gue aja yang praktekin?" Tawar Dewi dengan wajah berseri-seri.
"Itu sih mau nya elu, udah ah kita balik ke ruangan, dari pada entar Adam ngeliat kita berdua begini, di sangkanya beneran gabut" Aku berdiri lalu beranjak keluar dengan kepala penuh dengan rencana-rencana.
Apakah bisa ingatan Adam mengenai diriku akan kembali setelah aku meremas ulang kontosnya?
Bagaimana mempraktekkan cara remas kontosnya?
Ahh... bingung.
Tbc
Sama nin, tante pun bingung, mending ga usah di rencanain alias dadakan, biasanya gitu yg sering berhasil 😅
Terima kasih buat ucapan belasungkawa atas meninggalnya teman tante kemarin
Jgn lupa jaga kesehatan, pake masker double, dan jgn lupa bahagia ya nengg 😘😘😘
4/7/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelupa
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 6/3/21 - 31/7/21