5. di tolak mentah2

5.7K 864 152
                                    

Bener kata nina, adam klo di photo mukanya serius bener kaya org ngantri di toilet tapi penuh 🤪

Adam POV

"Ada panggilan masuk lagi tuh mbak Nin"
Mataku langsung melirik ke arah handphone milik Nina yang tergeletak di atas meja rias setelah rekan sekerjanya memberitahukan ada panggilan masuk untuk kesekian kalinya.

Keningku mengernyit mencoba mengingat nama perempuan yang sekarang sedang merias wajahku.

"Biarin aja" Jawaban Nina masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Dia malah semakin fokus merias model perempuan dengan sedikit menunduk menghadap ke arah model itu.

"Gak bising sih, cuman ganggu mata gue aja karena liat layar handphone nyala-nyala mulu dari tadi pagi" Perempuan yang suka sekali tersenyum padaku itu merapikan rambutku lalu mengedipkan sebelah matanya ketika mata kami bertemu.

Nina memang sengaja menyetting handphonenya hening, panggilan yang masuk berkali-kali itu tidak terlalu menciptakan kebisingan berarti.

"Ya elu gak usah lirikin handphone gue lah, gitu aja repot" Nina menjawab ketus.

"Ya kalo gak mau di lirikin taro handphonenya jangan di situ juga mbak Nin yang manisss" Perempuan itu menyahut.

"Simpen di tas kek atau di kantong celana atau di selipan beha atau selipan CD" Lanjutnya di iringi kikikan geli.

"Suka-suka gue mau taro di mana asal gue gak lupa naro nya di mana" Nina melirikku dari kaca. Kali ini tatapan kami yang bertemu.

"Kok kaya nyindir orang ya? Hihihi..." Kikikan rekan Nina berlanjut.

"Apa liat-liat?" Tanya Nina galak padaku begitu tubuhnya menegak.

Sebelah alisku terangkat, dalam diam aku hanya menggelengkan kepala lalu kembali menekuri layar handphone.

Aku tidak perlu melayani perempuan galak itu.

"Tuh nyala lagi, dari siapa sih?" Kali ini perempuan itu melongok ke arah meja rias melihat ke arah layar handphone milik Nina.

"Pengangguran" Ucap rekan Nina pelan lalu menoleh ke Nina.

"Si Anwar, mbak?" Tanyanya kemudian.

"Hemm..." Nina menjawab malas.

"Di jawab dulu mbak, kali aja penting"

"Gue lagi kerja" Jawab Nina lalu tersenyum pada model yang sudah selesai dia rias.

Model itu berdiri setelah melihat pantulan wajahnya di kaca.

"Thanks Nina, i really like your touch up" Perempuan itu mengedip dan Nina membalasnya dengan senyuman.

Manis juga kalau di perhatikan.
Ah tidak-tidak perempuan galak itu hanya kebetulan saja terlihat manis karena aku baru pertama kali melihatnya tersenyum.

"Nahh sekarang kan udah gak ada model yang harus di rias, teleponnya bisa di jawab dong" Perempuan itu menyodorkan handphone milik Nina.

Dengan malas Nina mereject panggilan yang kembali masuk lalu melesakkan handphone tersebut ke kantung belakang jeansnya.

"Ishh malah di reject, gue kan pengen tau kenapa Anwar nelponin elu berkali-kali mbak"

"Lagi berantem ya?" Tanyanya lagi.

"Males bahasnya" Nina melirikku tajam.

"Lah om Adam kan udah selesai saya dandanin dari tadi, kok gak pergi-pergi?" Perempuan itu menepuk pundakku pelan.

PelupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang