20. ALANTA •MASIH KECEWA•

146 13 0
                                    

HAPPY READING!

🏵️🏵️🏵️

Alena menutup buku paket fisikanya dengan kasar, lalu kemudian memijat pangkal hidung nya yang terasa sedikit berdenyut.

Entah kenapa malam ini, ia tak tak bisa fokus pada pelajaran nya. Perkataan Ares saat di sekolah tadi, terus saja terngiang-ngiang di kepalanya.

'Lo cantik'

Dua kata itu, bagi Alena tak ada yang spesial. Namun, ketika Ares yang mengatakan nya, seperti ada sesuatu yang aneh dalam diri Alena saat mendengar kata-kata itu.

Mengingat tatapan yang di berikan Ares, membuat Alena merasakan perut nya seakan tertekan ke dalam.
Tatapan yang diberikan Ares begitu dalam, hingga Alena pun tak bisa menghindari lagi, jantung nya yang mulai berdetak cepat.

"Sial!" maki Alena karena merasakan bayang-bayang Ares terus saja terngiang di kepalanya.

"Gue jangan mau di bego-begoin sama Ares!" kata Alena pada dirinya sendiri.

Alena menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan. Ia mencoba untuk fokus lagi pada pelajaran nya. Ia tak boleh kehilangan fokus hanya karena hal-hal yang tak penting seperti tadi.

Gadis dengan piyama biru muda itu pun, kembali membuka bukunya dan kembali membaca materi-materi nya dengan seksama.

Belum sampai 5 menit membaca bukunya, sesuatu kembali mengganggu nya. Terdengar seseorang tengah mengetuk pintu rumahnya.

"Siapa malam-malam ke sini?" ia tau tak akan ada yang menjawab pertanyaannya. Lantas, Alena pun bangkit dan pergi untuk membuka pintu, sekaligus menghapuskan rasa penasarannya.

Ketukan nya kembali terdengar, Alena pun membukakan pintu. Satu detik setelah pintu berhasil di buka, Alena pun terkejut bukan main. Selama beberapa detik Alena menahan nafasnya. Tubuhnya terasa panas dingin, jantungnya pun mulai tak karuan.

"Pa-pa." Dua kata itu lolos begitu saja dari bibirnya.

Sementara pria paruh baya di depannya tersenyum haru melihat Alena. Ia merindukan putrinya.

"Apa kabar, sayang?" Kata-kata itu seolah semakin mempersulit pernafasan Alena.

Di satu sisi ia juga rindu, namun di sisi lain, rasa kecewa yang dulu pernah ia rasakan masih membekas sampai detik ini.

"Mau apa papa ke sini?" tanya Alena dengan suara bergetar. Ia ingin menangis, namun ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk tak lagi mengeluarkan air mata barang setetes saja.

"Papa ingin ketemu anak papa, apa itu salah?" tanya pria paruh baya, yang masih terlihat tampan itu.

Di dalam hatinya, pria itu tersenyum bahagia, putri bungsunya sudah semakin dewasa dan semakin cantik. Ia bersyukur, setelah kesalahan fatal yang ia lakukan pada Putrinya dulu, Alena masih mau menyebut nya dengan kata 'papa'.

"Alena capek, pah. Alena mau istirahat," ujar Alena terdengar sedikit tak suka dengan keberadaan pria itu di sini.

"Alena, papa mau kamu kembali ke rumah. Bersama kita lagi, sayang." Pria paruh baya itu menatap penuh harap pada putrinya.

"Papa, sama mama bangga dengan kamu yang sekarang. Kamu berhasil buktiin sama papa dan mama, bahwa kamu bisa, sayang."

Lagi-lagi Alena terdiam mendengar perkataan ayahnya. Dalam hati, Alena ingin sekali pulang, ia rindu suasana keluarga nya yang dulu. Namun, rasa kecewa yang begitu besar masih terus menghantuinya. Kata-kata yang dulu begitu menusuk di hati Alena seakan kembali muncul di dalam benaknya. Betapa beratnya bagi Alena untuk mengahadapi masa-masa itu sendirian.

ALANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang