HAPPY READING 🎉
🏵️🏵️🏵️
Alena membereskan semua buku-bukunya dan menaruhnya di dalam tas. Setelah dirasanya tak ada yang terlupakan, Alena pun segera bergegas meninggalkan kelas nya yang masih tersisa beberapa orang di dalamnya.
Hari ini ia harus cepat sampai di rumahnya, karena data-data tentang Ares yang ia minta semalam akan segera di bawakan. Alena benar-benar penasaran dengan laki-laki itu. Namun, di dalam hati nya Alena merasa tak enak. Ia merasa sangat egois terhadap Ares. Tapi, mau bagaimana lagi? Alena ingin tau tentang pria itu. Alena penasaran akan dirinya.
Alena melewati parkiran yang masih ramai, namun langkah gadis itu tiba-tiba memelan karena melihat dua pemuda yang tengah berbincang serius di parkiran bagian ujung.
Alena memperhatikan keduanya yang nampak sangat serius membahas sesuatu. Alena pun nampak penasaran karena mendengar nama Ares di sebut oleh keduanya.
"Lo yakin Ares bakal bisa menang malam ini?" tanya Desta kepada teman nya bernama Moka.
"Gue nggak begitu yakin. Lo lihat aja Ares semalam, dia sampe luka-luka kayak gitu. Lagian Ares keras kepala, gue udah bilang jangan ladenin si anjing!" ujar Moka.
Desta menghela nafas panjang, "Ya terus gimana? Gue takut dia punya rencana jahat yang baru buat Ares. Gimanapun kita sebagai temannya harus berusaha sebisa mungkin buat jagain Ares."
Setelah mendengarkan perbincangan keduanya, Alena pun buru-buru pergi sebelum ketahuan mendengar perbincangan mereka.
Alena semakin semangat untuk mengetahui banyak hal tentang Ares.
Laki-laki itu ternyata cukup banyak menyimpan sesuatu dalam dirinya.Alena turun dari bus lalu berlari kecil menuju rumahnya. Alena tersenyum tipis saat melihat dua orang pria tengah berdiri di depan rumahnya.
Alena mendekat, dan dengan hormat kedua orang itu menunduk dan memberikan ucapan selamat siang untuk Alena. Alena pun membalasnya dengan sedikit ramah.
"Kami datang ke sini untuk membawakan semua yang nona minta. Semuda data Ares telah kami temukan dengan mudah."
"Iya, benar nona. Ares adalah putra dari salah satu pengusaha sukses di bidang properti. Putra dari Gion Vernando," jelas pria gagah itu.
"Kegiatan pemuda itu jika diluar sekolah ialah mengikuti lomba balap motor liar. Dan malam ini pun kami mendapatkan informasi bahwa Ares akan pergi ke tempat di mana biasanya mereka melakukan balap liar," jelas nya secara gamblang.
Jantung Alena berdegup kencang. Ia terkejut bukan main saat tahu Ares terlibat hal-hal seperti itu.
Balap motor? Jadi dugaannya selama ini benar, luka-luka yang di dapat laki-laki itu adalah akibat kecelakaan nya."Dan untuk sisa-sisa informasi nya, kami sudah cantumkan ke dalam ini Nona. Anda bisa membacanya sendiri."
Alena mengangguk lalu mengambil map yang di sodorkan kepadanya. "Terimakasih banyak. Kalian boleh kembali sekarang," ucap Alena.
"Baik Nona." Keduanya menunduk patuh lalu meninggalkan Alena sendiri.
Alena kemudian duduk di kursi terasnya dan membuka semua isi map itu. Alena membaca nya dengan teliti. Tak boleh ada satupun yang terlewat kan olehnya.
Alena terpaku sejenak saat selesai membaca semuanya. Alena benar-benar tak menyangka Ares akan melakukan hal-hal yang seperti itu. Ini benar-benar bukan sifat Ares yang ia kenal. Bukan Ares yang cerdas, disipilin dan teratur.
Alena menaruh map itu dengan kasar di atas mejanya. Kenapa ia merasa tidak tenang? Kenapa rasanya ia ingin marah pada laki-laki itu?
Alena menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. Ia menghela nafas sejenak lalu memejamkan matanya. Ia butuh menenangkan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANTA
Teen Fiction"Gue hanya mau Alena. Sekeras itu dunia melarang, sekeras itu juga gue memberontak." Antares Vernando [WAJIB FOLLOW!]