25. ALANTA •POTONGAN PIZZA•

119 14 4
                                    

HAPPY READING!!!


🏵️🏵️🏵️

"Halo kakek."

"Halo, Alena. Kamu apa kabar?"

"Alena baik."

"Kakek senang dan sangat bangga saat tau kamu di pilih lagi untuk mengikuti olimpiade Nasional," tutur kakek Alena.

"Alena juga senang."

"Orang tua kamu memberi kamu hadiah apa?" tanya kakek Alena, namun Alena hanya diam.

Memberi nya hadiah? Sudah jelas ia akan mendapatkan itu. Tapi Alena tak butuh semua itu.

"Belum kek, kan pengumuman kejuaraan nya belum."

Terdengar tawa dari telfon itu, "Ah, iya ya. Kakek lupa."

Alena tersenyum. "Kakek sehat kan? Maaf ya, Alena enggak bisa main ke rumah kakek, Alena belum ada waktu." kata Alena.
Kakeknya itu sudah di tinggal oleh istrinya 4 tahun lalu. Dan sekarang sang kakek hanya tinggal bersama pada pembantu rumah tangga di rumahnya yang begitu megah nan mewah.

"Kakek sehat sayang. Kemarin papa sama mama kamu ke sini, lihat kakek," ujar Rafa — kakek Alena.

Alena menghela nafas panjang, sampai saat ini ia masih sangat merasa bersalah karena sudah membohongi kakeknya selama satu tahun lebih. Alena memang sengaja menyembunyikan masalah ini pada kakeknya, karena Alena tau kakeknya sangatlah menyayangi nya.
Alena tak mau kakeknya sampai tau tentang perbuatan keduanya orang tuanya dulu padanya.

Rafa, lelaki berusia 68 tahun itu tidak pernah memandang pintar atau tidak nya Alena, namun ia sangat menyayangi Alena sebagai cucu perempuan satu-satunya.

"Alena, kakek tau kamu pasti akan menang lagi. Oleh karenanya, kakek akan memberikan apapun yang kamu minta, sebagai hadiah untuk kamu."

Alena tersenyum haru. "Iya kakek, terimakasih. Nanti Alena akan kasih tau ke kakek apa yang mau Alena minta sama kakek."

Mereka berdua pun sama-sama terdiam beberapa detik, hingga Alena kembali teringat akan satu hal. "Kakek, kak Al bakal pulang?" tanya Alena ragu-ragu.

"Ah iya, kakek hampir lupa kasih tau kamu. Kakak kamu bilang, dia belum bisa pulang dalam waktu dekat. Ternyata masih ada urusan yang harus ia selesai di kampusnya."

Alena sedikit tidak rela, namun rasa lega juga menyelimuti hatinya. "Begitu ya?"

"Iya Alena. Kamu pasti rindu kan sama kakak kamu? Makanya Alena, hubungi saja dia. Sudah satu tahun kamu lepas kontak sama kakak kamu sendiri," ucap Erlando.

"Kakek tau sendiri, kak Al adalah kelemahan Alena. Alena nggak pernah mau kak Al pergi jauh dari Alena. Alena cuman takut, kalau Alena nelfon kak Al, nanti Alena malah ganggu dia. Terus, Alena juga takut nangis. Alena rindu kak Al, tapi Alena nggak mau nangis, takutnya kak Al jadi kepikiran. Kak Al sama kakek itu sama, kalian sama-sama sangat sayang sama Alena."

"Semua tau itu Alena. Kamu adalah cucu perempuan satu-satunya yang kakek punya. Kamu satu-satunya perempuan di keluarga kakek. Makanya itu, kamu selalu di perlakukan layaknya ratu."

Alen terdiam. Mencerna semua perkataan kakeknya. Ia memang di perlakukan layaknya ratu oleh kakeknya dan kakaknya, tapi orang tuanya? Dulu Alena di perlukan layaknya sampah!

Alena menyeka sebulir air mata yang turun di pipinya. Ia seharusnya tak menangis. Kenyataan memang pahit, namun Alena sudah berjanji untuk tidak menangis apapun keadaannya.

ALANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang