32. ALANTA •FILOSOFI SEBAGAI KUNCI•

126 14 22
                                    

HAPPY READING 🎉

jangan lupa vote nya ya teman-teman ❤️

🏵️🏵️🏵️

Alena masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Sulit di jelaskan apa yang tengah Alena rasakan saat ini. Semuanya terjadi begitu cepat tanpa Alena duga-duga.

Benarkah Ares menyukainya? Kenapa pengakuan Ares terasa berbeda? Alena takut laki-laki itu hanya bercanda. Namun, dilihat dari ekspresinya, Ares sama sekali tidak main-main. Tapi kenapa? Kenapa harus sekarang, dan kenapa harus Ares?

Alena membuka pintu kamarnya dan langsung mendapati Renata yang sudah tidur. Alena mendekati Renata lalu menarik selimut hingga menutupi tubuh gadis itu. Berikutnya, Alena pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya sebelum tidur.

Saat Alena sudah masuk ke dalam kamar mandi, perlahan-lahan Renata membuka matanya dan menatap pintu kamar mandi dengan sorot tak terbaca.

Renata sebenarnya belum tidur, dan sejak tadi ia mendengar semua perbincangan Ares dan Alena di luar. Selain itu, banyak hal-hal baru yang Renata temukan, dan semuanya pun menghadirkan tanda tanya besar di kepala Renata.

Pintu kamar mandi terbuka, buru-buru Renata memejamkan kembali matanya sebelum ketahuan oleh Alena yang mulai melangkah mendekati nya.

Alena kemudian menjulurkan tangannya mengambil ponselnya yang ada di samping tubuh Renata. Ia perlu menghubungi Laskar saat ini.

Alena membuka ponselnya lalu mencari-cari kontak Laskar yang sudah lama tak pernah ia hubungi.

"Halo, Laskar?"

"Halo, Al. Kok belum tidur?" tanya Laskar perhatian.

"Gue mau tanya soalan tadi siang. Papa udah tau?" tanya Alena.

"Hal kayak gitu, nggak mungkin bisa terlewatkan begitu saja oleh bokap lo, Al."

Alena menghela nafas berat lalu mengangguk pelan. "Kar, gue keterlaluan nggak?" tanya Alena tidak yakin.

"Enggak lah, Al. Mereka udah keterlaluan. Gue juga udah tau selama ini mereka ngapain aja sama lo. Jadi, biarin aja ya, biar mereka jera." ujar Laskar dengan mantap.

"Ya udah, tapi jangan sampai mereka tau gue siapa. Gue nggak mau mereka sampai tau yang sebenarnya."

"Iya, Al. Tenang aja."

"Oke. Makasih ya, Laskar. Gue tutup telfonnya."

"Sama-sama, Al. Gue sayang lo."

Alena tersenyum, lalu membalas tanpa ragu, "Gue juga selalu sayang sama lo."

Perbincangan keduanya selesai, dan selama itu pula, Renata berhasil merekam perbincangan keduanya di otaknya.

🏵️🏵️🏵️

"Al, minta catatan lo yang tadi dong, kayaknya catatan gue keliru," kata Renata pada Alena yang duduk di sampingnya.

"Ini, ambil. Kalau udah, taro aja di laci. Gue mau ke perpustakaan bentar."

"Mau ngapain?" tanya Renata.

"Mau cari tambahan materi. Bentar lagi ulangan semester." Renata pun mengangguk mendengar jawaban dari sang sahabat.

Setelah kepergian Alena, Renata bukannya melengkapi catatannya, tapi malah ikut keluar. Namun, gadis itu bukan bermaksud mengikuti Alena, ia punya tempat tujuan yang lain.

ALANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang