Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ✨
Happy reading ❤️
🏵️🏵️🏵️
Hari-hari berlalu. Baik Alena dan Ares mereka sama-sama di sibukkan dengan ulangan semester. Meskipun sebenarnya masalah yang terjadi antara Ares dan Alena belum juga surut, namun baik Ares dan Alena berusaha untuk bersikap biasa saja. Walupun masalah itu belum pergi dari pikiran Alena, namun Alena mencoba untuk berpura-pura melupakannya. Ia tidak mau sampai kalah dengan Ares. Laki-laki itu terlihat begitu santai seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
Alena menghempaskan tubuhnya di sandaran kursi. Ulangan pertama untuk hari ini telah usai. Tinggal satu mata pelajaran lagi untuk hari ini, dan besok adalah hari terakhir.
Alena tersenyum karena ia merasa cukup puas dengan apa yang sudah ia kerjakan di ulangan kemarin. Ia yakin dengan dirinya bahwa ia akan berhasil meraih peringkat teratas untuk pemeringkatan paralel tahun ini.
"Gue nggak pernah punya niat buat bersaing sama elo sebelumnya, Ares. Tapi untuk kali ini, gue bahkan nggak bisa kalau elo dapat nilai di atas gue meskipun hanya 0.5 doang," kata Alena dengan pelan.
🏵️🏵️🏵️
Alena keluar dari ruangan kelas tempat ia melaksanakan ulangan semester bersama teman-temannya yang lain. Untuk hari ini, ulangan telah berakhir. Dan hari esok adalah hari terakhirnya dan setelah itu mereka akan melakukan perlombaan antar kelas untuk mengisi waktu kosong sebelum waktu pembagian nilai akhir semester.
Alena berjalan santai di tengah koridor yang masih lengang. Tujuannya sekarang adalah kembali ke rumah dan menyiapkan diri untuk menyambut ulangan besok.
"Alena, tunggu sebentar!" Suara seseorang menginterupsinya. Mau tak mau Alena pun berbalik badan untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Ada apa, Bu?" tanya Alena sopan.
Kini di hadapannya sudah berdiri ibu Maya, guru yang mengajar bidang matematika sekaligus menjabat sebagai wali kelasnya.
"Ikut ibu sebentar," kata Bu Maya.
Alena yang mengerti akan maksud Bu Maya pun hanya mengangguk lalu mengikuti langkah guru cantik itu dari belakang.
Dari kejauhan, Ares melihat interaksi antara Alena dan juga Bu Maya. Seketika Ares jadi teringat akan satu hal. Beberapa hari yang lalu ia sempat bertemu dengan Renata dan gadis itu sempat berkata sesuatu padanya.
"Kayaknya, satu-satunya yang tau soal Alena cuman wali kelas gue deh. Tapi, gue juga nggak berani cari tau apalagi nanya lewat wali kelas. Entar gue di kira mau ngapain lagi."
Dengan perasaan ragu, Ares pun mengikuti Alena dan Bu Maya yang tengah berjalan menuju ruang guru.
"Ares! Mau kemana?" Ares berdecak kesal lalu menatap tajam Moka, sang sahabat.
"Diam lo!" suruh Ares dengan geram. Pria itu melihat ke arah Alena berharap gadis itu tidak menoleh kebelakang.
"Lo ngapain? Mau nyopet?" tanya Mona curiga.
"Sorry, tampang gue dan elo jelas beda. Yang tampangnya mirip copet itu elo doang!" hardik Ares santai.
"Bangsat elo emang!" sahur Moka.
"Udah deh, gue ada urusan. Lo sama Desta balik duluan."
"Desta mah udah ngacir dari tadi bareng doi nya," kata Moka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANTA
Ficção Adolescente"Gue hanya mau Alena. Sekeras itu dunia melarang, sekeras itu juga gue memberontak." Antares Vernando [WAJIB FOLLOW!]