HAPPY READING 🙌✨
🏵️🏵️🏵️
Alena memasang sepatunya dengan rapih di kaki jenjangnya. Ini ini gadis itu bersih keras untuk datang ke sekolah meskipun Laskar sudah melarangnya.
"Lo nggak bisa ya, diem sehari aja gitu di kamar?" tanya Laskar mulai kesal.
"Lo bawel! Buruan anterin gue!"
Laskar berdecih, "Untung aja lo sepupu gue, kalau enggak."
"Kalau enggak kenapa? Mau nikah lo sama gue?" tantang Alena.
Laskar menghela nafas lalu menarik tangan Alena dan menyuruh gadis itu masuk, ia lelah jika harus meladeni sepupunya yang cantik itu.
"Lo nggak sekolah, apa gimana sih?" tanya Alena setelah berhasil memasang sealbet nya.
"Masa depan gue udah jelas, Ilaska Crop juga udah atas nama gue, mau nafkahin 7 istri dan 21 anak pun gue udah sanggup," kata Laskar dengan bangganya.
"Gue Aminin aja ya? Kayaknya seru juga kalau punya 21 ponakan," balas Alena sambil terkekeh lucu.
"Serah lo."
Alena semakin dibuat tertawa dengan wajah kesal Laskar. Ia tau pria itu sejak tadi kesal karena ia memaksa untuk pergi ke sekolah.
"Nggak usah cemberut kali, gue nggak apa-apa kalau berangkat hari ini ke sekolah. Lagian luka gue udah baik-baik aja kok," kata Alena meyakinkan Laskar.
"Lo enak bisa ngomong kaya gitu, lah Abang lo? Gue yang ribet tau nggak?"
🏵️🏵️🏵️
"Makasih ya, nanti kalau udah balik gue telfon lo, ok?"
"Iya, gue balik dulu kalau gitu," pamit Laskar.
Alena melihat mobil Laskar yang terus menjauh dari pandangannya, lalu kemudian gadis itu berbalik badan dan hendak masuk ke dalam sekolah. Namun, pandangannya tiba-tiba saja tertuju pada bunga-bunga yang berserakan di depan pintu gerbang sekolah.
Beberapa bunga itu nampak sudah rusak dan layu karena dirusak kan oleh siswa yang sengaja menginjak nya.
Perasaan Alena mulai tidak enak, tubuhnya pun terasa lemas. Bunga yang begitu indah dan istimewa baginya kini hancur di depan matanya.
Alena perlahan melangkahkan kakinya masuk kedalam sekolah, dan saat itu juga kelopak bunga berwarna jingga banyak sekali berserakan di lapangan hingga parkiran pun dia penuhi dengan bunga-bunga itu. Bukannya terlihat indah, namun ini benar-benar berantakan bagi Alena.
Alena terus melangkah hingga di koridor, dan bunga-bunga itu masih ada. Semuanya di hambur begitu saja di lantai koridor. Dan lebih anehnya lagi, semua orang yang ada melihat Alena dengan sinis.
Alena adalah Alena, baginya pandangan orang lain bukan hal penting untuknya, ia terus saja berjalan hingga pada koridor lantai dua. Bunga marigold yang telah layu dan rusak pun penuh di sepanjang koridor.
"Kok lemes banget, Al? Capek ya?" tanya salah satu siswa yang baru saja melewati Alena.
Lalu para siswa yang mendengar itu hanya tertawa melihat Alena kebingungan.
"Ya capek lah, masa enggak?"
"Gue nggak nyangka sih, Al. Lo cerdas, ya meskipun miskin nggak perlu pake cara kaya gitu kali."
"Maksud lo?" tanya Alena tidak mengerti.
"Dih, sok bego," ejek salah satu siswi.
Alena menatap siswa itu dengan marah, namun ia belum juga mengeluarkan kata-katanya. Ia tidak boleh kalah sebelum memulai sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANTA
Teen Fiction"Gue hanya mau Alena. Sekeras itu dunia melarang, sekeras itu juga gue memberontak." Antares Vernando [WAJIB FOLLOW!]