11. ALANTA •KEBAHAGIAAN DAN KESEDIHAN•

145 12 2
                                    

*•°*•°*•°*

*Nggak semua pelajaran bisa kita ambil dari buku. Karna terkadang, pelajaran dapat kita ambil dari apa yang terjadi di sekitar kita, pengalaman, contohnya.*

-Ares-

*•°*•*•°*


Sudah dua jam Alena berada di kafe, dan sekarang Alena memutuskan untuk pulang. Karena sebentar lagi sudah waktunya ia dan Ares belajar bersama.

"Gue balik duluan ya," pamit Alena pada teman-temannya.

"Eh! Bentar deh Al!" Zaki mengentikan Alena.

Alena mengernyit. "Kenapa bang?"

"Gue kepo. Lo kenal cowok tadi?" tanya Zaki mewakili semua teman-temannya.

"Yang tadi? Yang mana?" tanya Alena bingung.

"Yang, lo tabrak tadi," kata Zaki memperjelas.

Alena langsung teringat. "Oh yang tadi? Iya, gue tau. Dia teman gue, namanya Ares. Sekaligus partner yang sering gue ceritain itu bang," jelas Alena.

Semuanya mengangguk, "Tapi lo tau siapa dia?" tanya Zaki ambigu.

"Maksudnya gimana sih bang? Dia kan-."

"Maksudnya, lo tau kalau dia anak pemilik kafe ini?"

"HAH??" Alena terkejut mendengar fakta itu.

"Yang bener bang?" Alena mengerjap kan matanya tak percaya.

"Iya Al, dia anak pemilik kafe ini. Dan gue nggak nyangka dia bakal bersikap manis kek gitu sama lo," ucap Zaki terdengar dari nadanya yang sedikit menggoda membuat Alena merasa malu.

"Iya, manis banget deh tadi itu," timpal salah satu karyawan di situ.

Alena mendengus dan memutar bola matanya. "Apaan sih, nyebelin kok di bilang manis. Udah lah, gue balik duluan ya. Bye!"

Alena melambaikan tangan pada teman-teman dan berjalan keluar kafe. Langkah Alena berhenti saat berada di dekat parkiran kafe. Gadis itu bingung melihat keberadaan Ares yang tengah duduk di atas motornya yang terparkir rapi di sana. Alena jadi teringat kembali fakta bahwa Ares adalah anak pemilik kafe tempat ia bekerja ini.

Ares menengok dan menyadari keberadaannya. "Lele! Sini Lo!" panggil Ares, namun Alena tak merespon. Gadis itu malah berjalan meninggalkan Ares yang masih berada di posisinya.

Alena berdiri di tepi jalan untuk menunggu taksi, namun belum ada satu pun taksi yang lewat. Hingga bunyi klakson motor seseorang membuat Alena terperanjat.

"Ares bangke!" umpat Alena.

Ares membuka helm nya dan tertawa, namun dengan cepat ia merubah ekspresi nya, "Kenapa gue panggil nggak nyahut?" tanya Ares.

"Emang lo siapa?" cetus Alena santai.

"Calon pacar," jawab Ares tanpa beban. Alena melotot, "Tapi bohong, lagian siapa juga yang suka sama lele galak."

Alena berdecak,"Res!"

"Apa?"

"Monyet!"

"Siapa?"

"Lo!"

"Gue?"

"Iya"

"Gue?"

"Iya!"

"Gue ganteng?"

"Iya!- eh?" Alena menutup bibirnya dan meruntuk dalam hati.

ALANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang