HAPPY READING GUYS!!
🏵️🏵️🏵️
Alena duduk di dalam mobil dengan perasaan gelisah. Ia meremas kedua tangannya kuat-kuat. Rasa gugub tiba-tiba saja melandanya sejak ia berada di bandara.
Hari ini mereka telah kembali setelah 4 hari berada di Tasikmalaya. Saat Alena di bandara tiba-tiba saja ayahnya menelfon nya langsung. Hal yang tak pernah Alena duga, karena selama ini ia sudah bilang kepada ayahnya untuk tidak menghubunginya.
"Papa terpaksa Alena. Kakek kamu memintanya, karena beliau tau kalau kamu sudah kembali. Kau tau? Kakek mu membeli kan kau mobil baru sebagai hadiah keberhasilan mu."
Sedikit informasi, Alena dan Ares berhasil kembali mempertahankan juara mereka. Keduanya kembali mendapatkan juara satu, mewakilkan sekolah mereka. Suatu kebanggaan tiada tara, namun juga mereka berdua sedikit sedih. Karena olimpiade kali ini adalah olimpiade terakhir yang akan mereka ikuti.
"Nona, ada apa?" Suara sang supir pribadi milik ayahnya bertanya, hingga menyadarkan Alena.
"Tidak," jawab Alena singkat.
Ia lelah, juga malah berbicara. Ia benar-benar tidak menyangka hari ini akan tiba. Ia tidak mau, ia tidak siap berbohong tepat di depan kakek kesayangannya.
30 menit perjalanan, akhirnya Alena telah sampai. Rumah megah dengan tiga tingkatan itu menyambut Alena.
Bangunan yang menjulang tinggi, dengan halaman yang begitu luas dan hijau. Dua tahun yang lalu Alena masih tinggal dan bersenang-senang di sana. Namun sekarang, rasanya telah berbeda. Melangkahkan kakinya masuk ke halaman itu pun rasanya sangat tidak bisa.
"Mari nona. Nyonya Eliza sudah menunggu."
Alena tersentak, lalu keluar dari mobil dengan segera. Ia berdiri menatap rumah itu dengan perasaan yang berkecamuk.
Haruskan ia masuk ke dalam? Ibu dan ayahnya pasti sangat senang dengan kedatangan nya, namun tidak dengan Alena.
"Mari nona."
Alena lagi-lagi terkejut. Dengan perasaan yang berat Alena berjalan menuju gerbang.
"Dimana satpam? Kenapa tidak ada yang membuka gerbang?" tanya Alena.
"Ah maaf Nona, satpamnya mungkin sedang ada urusan dengan Tuan besar."
Alena mengangguk, lalu menyuruh sang supir untuk memencet bel agar ada yang bisa membuka gerbang, karena gerbangnya di kunci dari dalam.
Setelah beberapa kali memencet bel, akhirnya dua orang datang. Salah satunya adalah pria tua yang menjadi sosok pahlawan bagi Alena.
Saat pintu gerbang telah di buka oleh satpam, Alena pun langsung berlari lalu memeluk Rafa dengan erat.
"How are you?" tanya Alena.
"I'm good."
"Syukurlah. Alena rindu kakek," ujar Alena dengan senyum menawan.
"Kakek juga rindu, tapi orang tuamu lebih rindu." Rafa menoleh kebelakang lalu menunjuk Eliza dan Melvan yang tengah berdiri tak jauh di belakang mereka.
"Lihatlah muka mereka, sangat sedih. Nampaknya mereka tidak bisa di tinggal jauh oleh putri tunggal mereka."
Alena menatap kedua orang tuanya dengan tatapan dinginnya. Namun keduanya hanya terdiam di tempatnya sambil menatap Alena dengan sorot yang menyedihkan.
"Ayo, samperin mereka."
Alena tersenyum kaku. Kemudian dengan perlahan ia melangkahkan kakinya mendekati keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANTA
Roman pour Adolescents"Gue hanya mau Alena. Sekeras itu dunia melarang, sekeras itu juga gue memberontak." Antares Vernando [WAJIB FOLLOW!]