HAPPY READING 💖
🏵️🏵️🏵️
Dengan menggunakan kewenangannya sebagai wakil ketua OSIS, Ares berhasil membubarkan para siswa yang sudah membuli Alena habis-habisan.
Kini di belakang sekolah hanya tersisa Alena, Ares juga Renata. Ketiganya dalam keadaan hening, tidak ada yang berbicara.
"Al, gue antar pulang ya?" Renata angkat suara, namun Alena hanya menggeleng kecil sebagai respon.
"Tapi Al, keadaan lo kacau banget. Lo butuh istirahat, Al." Renata menyentuh lengan Alena lalu mengusapnya perlahan.
"Gue nggak apa-apa, gue masih baik-baik aja."
"Jangan ngaco deh Al, mending lo istirahat di rumah. Bersihin diri lo."
"Gue udah kotor," jawab Alena.
Ares yang melihat itu pun tak kuasa menahan dirinya untuk bertanya pada Alena.
"Al, jelasin ke gue. Sebenarnya ini ada apa? Kenapa ada gosip kaya gini tentang elo?" tanya Ares membuat Alena mendongak menatap mata tajam pria itu.
"Mulut dan otak telah salah di pergunakan." Jawaban Alena yang singkat namun jelas membuat Ares terdiam.
"Tapi itu adalah fakta," lanjutnya.
🏵️🏵️🏵️
30 menit berlalu Alena masih bertahan di tempatnya. Di temani dengan Renata yang masih mencoba untuk mengajaknya kembali ke rumah. Sementara Ares, pria itu baru saja pergi untuk membeli sesuatu untuk gadis itu.
"Al, pulang ya," ajak Renata untuk kesekian kalinya.
"Alena diam tidak menjawab apapun. Namun gadis itu segera merogoh sakunya dan mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Laskar, jemput gue. Di taman belakang sekolah."
Usai mengatakan itu, Alena langsung mematikan panggilan dan melempar ponselnya hingga membentur batu dan akhirnya pecah tak berbentuk.
Renata terkejut dengan tindakan Alena, apa lagi tangisan gadis itu yang tiba-tiba menjadi lebih buruk dari tadi.
Alena menangis tersedu-sedu, dan sontak membuat hari Renata cemas.
"Al, lo kenapa?"
Lagi-lagi tak ada respon sama sekali dari Alena. Gadis itu masih saja menangis sembari memeluk lututnya. Ia lemah, apa yang di lakukan di sekolah hari ini cukup mengguncang mentalnya. Ia mungkin bisa terlihat kuat di depan banyak orang-orang, tapi kali ini Alena menunjukkan sisi lain dari dirinya.
Sekelabat peristiwa kemarin kembali menghantuinya. Apakah benar berita di sekolah hari ini adalah benar? Alena semakin menangis, karena ia mulai merasa takut bahwa orang-orang yang menculik nya berbuat sesuatu yang tidak wajar padanya. Tapi sungguh, Alena tidak merasakan apapun di tubuhnya, selain rasa sakit karena lebam di kulit nya, hanya itu.
"Al, jangan nangis." Perlahan Renata juga mulai mengeluarkan air mata. Renata tidak tega melihat Alena begini. Hingga gadis itu pun akhirnya memeluk Alena dengan erat. Memberikan kekuatan untuk gadis itu.
"Gue percaya sama lo, Alena. Gue tau Lo nggak seperti apa yang mereka ucapkan."
"Loh? Alena kenapa lagi?"
Renata mendongak mendapati Ares yang baru saja datang dengan air mineral di tangannya.
"Nggak tau, dia tiba-tiba nangis. Gue juga bingung, " jawab Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANTA
Teen Fiction"Gue hanya mau Alena. Sekeras itu dunia melarang, sekeras itu juga gue memberontak." Antares Vernando [WAJIB FOLLOW!]