•H A P P Y•
•R E A D I N G•~•°~•°~
"Titip salam buat jantung Lo, semoga dia masih baik-baik aja setelah gue dan Lo berada dengan jarak sedekat ini". -Ares
•°~•°~
Pagi-pagi sekali Alena sudah berjalan menuju halte bus, menunggu kendaraan yang sering ia gunakan untuk mengantarnya sampai ke sekolahnya.
Gadis itu menatap ke arah jalan yang mulai padat, sesekali bibirnya mengeluarkan senandung kecil untuk mengusir kebosanan.
Tak lama kemudian, bus berwarna biru berhenti tepat di depan halte. Alena pun dengan segera, masuk ke dalam bus. Bus tersebut pun kembali melanjutkan perjalanan menuju ke sekolah Alena.
🏵️🏵️🏵️
Alena berjalan dengan santai di koridor yang masih sepi. Sesekali retinanya bergerak untuk melihat apa-apa saja yang berhasil menarik perhatiannya.
Hingga, tak sengaja matanya menangkap sosok lelaki yang selalu membuatnya emosi di setiap pertemuan antara keduanya.
Namun Alena merasa ada yang aneh dengan lelaki itu. Ares, ya dia sana ada Ares. Cowok itu tengah memarkirkan motornya di tempat parkir khusus siswa.
Alena berhenti melangkah dan fokus memperhatikan cowok itu. Di sana Ares tengah melepaskan helm nya dan merapikan sedikit rambutnya.
Jika saja pemandangan itu dilihat oleh banyak siswa, mungkin mereka sudah heboh dan menjerit meluapkan kekaguman mereka akan ketampanan sang wakil ketua OSIS itu.
Sangat berlebihan bagi Alena saat melihat reaksi yang di tunjukan para siswa yang dengan terang-terangan mengagumi Ares.
Alena masih di tempatnya, dengan tatapan yang masih di tujukan pada Ares. Cowok itu saat ini tengah berjalan dengan cool, seraya memasukan satu tangannya ke dalam saku celana abu-abunya.
Sejenak, Alena ingin mengakui, bahwa Ares itu memang tampan. Wajar saja ia banyak di idolakan oleh para siswa yang ada di sekolah ini ataupun sekolah lain. Selain tampan dan menjabat sebagai wakil ketua OSIS, Ares juga sangat cerdas dan jago dalam semua bidang pelajaran.
Namun bagi Alena, Ares tetaplah Ares. Cowok menyebalkan yang selalu mengusik ketenangannya. Cowok itu tak pernah hentinya untuk menciptakan perdebatan antar keduanya. Sebab itulah, hanya Alena lah satu-satunya siswa yang mungkin tak tertarik dengan pesona seorang Antares Vernando. Sebab, sikap menyebalkannya itu seolah sudah menutup mata Alena bahwa Ares adalah cowok yang sangat tampan.
Alena mendengus kesal saat mengingat sikap Ares yang terlampau membuatnya kesal itu. Namun, Alena teringat akan sesuatu. Di sana, Ares masih terus berjalan menaiki tangga menuju lantai dua, dimana ruang kelas untuk siswa kelas XI berada.
Alena baru sadar, bahwa ternyata saat ini Ares hanya mengenakan kaos hitam polos dan celana abu-abunya.
Dan di saat Ares sudah menapakkan kaki di anak tangga paling atas, Alena langsung menepuk jidatnya pelan.
"Bajunya kan ada sama gue," ucap Alena pelan.
Namun detik berikutnya Alena mengernyit bingung, "Tapi masa anak kayak dia cuman punya satu seragam sih?"
Kemudian Alena menggeleng pelan, setelahnya gadis itu berlari menyusul Ares, karena ia ingin mengembalikan baju cowok itu yang semalam ia cuci. Alena sedikit bersyukur karena bisa mengeringkannya di mesin cuci, setidaknya ia tidak harus menunggu besok untuk mengembalikan baju cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANTA
Ficção Adolescente"Gue hanya mau Alena. Sekeras itu dunia melarang, sekeras itu juga gue memberontak." Antares Vernando [WAJIB FOLLOW!]