"Apa? Ada kebakaran di sekolah?" Melvin, ayah Alena tiba-tiba langsung berdiri dari duduknya usai mendengarkan kabar dari salah satu anak buahnya melalui panggilan telepon.
"Bagaimana bisa terjadi?" tanya Melvin dengan sangat khawatir. Bagaimana bisa ada insiden seperti itu di sekolah putrinya. Tentu itu akan sangat membahayakan anaknya.
Untungnga ia teringat Alena yang sedang sakit di rumah ayahnya. Ia bersyukur putrinya tidak ada di dalam inseden itu.
"Tolong segera selidiki apa penyebabnya."
Melvin menutup panggilan telepon nya lalu segera keluar dari ruang kerjanya.
"Eliza!" panggil Melvin.
"Iya, ada apa?" tanya Eliza yang baru keluar dari dapur.
"Sekolah Ayah kebakaran. Ada insiden besar di sana," kata Melvin memberitahu.
Eliza terkejut, ia jadi teringat Alena. "Alena lagi di rumah ayah kan?" tanya Eliza.
"Iya, sebaiknya kamu segera jenguk Alena. Saya harus bertemu dengan ayah. Hari ini beliau ada di kantor."
Eliza mengangguk cemas. Ia bergegas ke kamar bersiap-siap mau menjenguk anak gadisnya semata wayangnya.
***
Setibanya di kantor milik Rafa, Melvin langsung masuk ke ruang kerjanya. Ia Tau ayahnya pasti ada di sana dan sangat menunggu kedatangannya.
"Ayah, Ayah sudah tau inseden di sekolah Alena hari ini?" tanya Melvin pada Rafa.
"Tentu sudah. Ayah sudah menggerakkan semua bawahan untuk mencari tau. Ini bukan inseden biasa. Saya curiga ini adalah sebuah rencana besar yang di sengaja," kata Rafa terlihat serius.
"Apa Ayah mau bilang kalau ini akan mengancam keselamatan Alena?" tanya Melvin.
"Tentu saja itu benar. Ini menyangkut Alena. Segera buat anak gadis mu itu kembali pada kalian, jika tidak itu akan semakin berbahaya."
Rafa menutup laptopnya lalu berjalan keluar dari ruangan meninggalkan Melvin sendiri.
Melvin, ayah Alena menjadi bingung. Apa yang harus ia lakukan. Akhir-akhir ini anak gadisnya memang banyak sekali mendapatkan teror. Alena yang keras kepala pun menolak dengan keras untuk di awasi oleh anak buah nya.
Tapi ia tau, sekeras apapun Alena menolak kakak dan kakek gadis itu pasti anak menjaganya. Tapi akhir-akhir ini pengawasan itu sedikit lengah sepertinya.
***
Di Mension besar itu, Eliza datang dengan buru-buru. Ia ingin bertemu dengan putrinya. Meskipun ia tau keberadaannya akan di tolak oleh Alena tapi ia tidak peduli.
"Zafra, Alena dimana?" tanya Eliza pada iparnya yang sedang duduk di sofa.
"Ada di kamarnya kak. Dia sedang tidur," kata Zafra.
Eliza mengangguk lalu segera berjalan menuju kamar Alena di lantai dua.
Zafra menggeleng. "Bagaimana bisa gadis seperti Alena kalian terlantarkan seperti itu?"
Eliza membuka pintu kamar Alena, dan hal pertama yang ia lihat adalah putrinya yang sedang menatapnya. Ternyata Alena tidak tidur.
"Sayang..."
"Kenapa di sini?" tanya Alena. Dari nada bicaranya tidak ada kelembutan sama sekali.
"Kata kakek kamu sakit," jawab Eliza. Perlahan kakinya melangkah mendekati Alena.
"Seharusnya nggak usah datang. Gue cuman demam. Akan buang-buang waktu kalian," kata Alena. Ia menoleh ke samping, malas melihat wajah ibunya.
Eliza duduk di tepian kasur. "Sayang, mama mohon sama kamu. Maafkan kami. Kami tau kami salah. Maafkan kami yang terlalu keras sama kamu sewaktu kamu kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANTA
Teen Fiction"Gue hanya mau Alena. Sekeras itu dunia melarang, sekeras itu juga gue memberontak." Antares Vernando [WAJIB FOLLOW!]