53. ALANTA •INI TIDAK SEHARUSNYA•

41 4 0
                                    

Alena masuk ke dalam rumahnya sambil melempar asal tas kecilnya.  Alena pusing dan bingung dengan apa yang sudah terjadi. Apa yang sudah terjadi pada Ares dan apa juga yang sudah terjadi padanya. Ini sudah mulai melenceng dengan apa yang sudah ia planning untuk hidupnya sekarang ini.

pengakuan Ares tadi benar-benar membuatnya sangat ragu dengan dirinya sendiri. Tak bisa di pungkiri bahwa Alena nyaman dengan lelaki itu. Tapi kembali lagi dengan semua rasa takut yang masih menghantui nya, ini tidaklah mudah untuknya.

Alena sejujurnya sadar bahwa apapun yang terjadi di masa lalu tidak boleh sampe menghantuinya di masa saat ini. Tapi, di sisi lain Alena terus saja terbayang kisah-kisah lalu. Kisah dimana dia harus menjadi seperti sekarang ini. Masa lalu itu bagaikan cambuk bagi Alena.

"Nggak, Alena. Lo nggak boleh sampai terperdaya sama perasaan lo yang sesat ini. Menjadi seperti sekarang ini nggak mudah," ujar Alena meyakinkan dirinya sendiri.

"Alena!"

Suara seseorang dari balik pintu rumahnya membuat Alena langsung berdiri untuk membuka pintu. Dari suaranya ia sudah bisa tau bahwa tamu itu adalah Laskar.
Saat pintu terbuka, Alena menatap laskar dari atas sampai bawah, sepupunya itu sudah rapih dan sangat tampan, membuatnya jadi bingung.

"Mau kemana lo?" tanya Alena penasaran.

"Mau jemput lo, kakek mau bicara penting," jawab Laskar.

"Mau bahas soal apa? Insiden yang gue alami beberapa waktu lalu?" tanya Alena menduga-duga.

"Nggak tau gue. Udah ikut aja!" paksa Laskar terlihat buru-buru.

"Ya udah bentar, gue ambil tas dulu."

Alena lalu masuk dan mengambil tasnya yang ada di atas kursi lalu kembali dan mengikuti Laskar dari belakang.

***

"Ribet banget sih hidup lo, Al. Apa susahnya sih kasih tau siapa diri lo sebenarnya. Biar lo tuh di segani orang-orang," ujar Laskar membuka percakapan di tengah perjalanan mereka menuju ke kediaman sang kakek.

"Kar, lo tau apa yang udah gue alami. Gue juga kaya gini bukan karena mau sok membunyikan identitas gue. Tapi gue cuman mau nggak terikat sama orang tua gue," jawab Alena.

"Tapi lo udah melangkah terlalu jauh. Lo harus balik Al. Kasihan Abang lo yang harus terus-terusan awasi lo dari jauh. Dia nggak tenang Al, kasihan."

Alena menoleh pada Laskar yang sedang menyetir itu.
"Gue juga kalau di tembak mati sama orang-orang di luar sana gue mau, Kar. Gue capek juga hidup kaya gini, palsu semua!"

"Ngaco lo!" pekik Laskar.

"Beneran deh. Capek tau gue kaya gini terus," kata Alena.

"Udah lupain, udah nyampe nih," kata  Laskar sambil membunyikan klakson mobilnya, agar gerbang rumah sang kakek segera di buka.

Setelah turun dari mobil, Alena dan Laskar pun berjalan masuk ke dalam rumah mewah nan megah itu.

"Kakek mana?" tanya Alena saat tak melihat keberadaan sang kakek saat itu.

"Itu dia," jawab Laskar sambil melirik ke arah tangga dimana kakeknya baru saja turun dengan mengenakan pakaian santainya.

"Sudah sampai ternyata," ucap pria yang sudah berusia tua itu.

"Kakek mau ngomong apa sama Alena?"

Tanpa basa-basi Alena langsung menanyakan topik yang ingin sang kakek bahas bersamanya hari ini.

"Duduk dulu kalian," suruh sang kakek.

Alena dan Laskar pun duduk di sofa menghadap langsung pada sang kakek .

ALANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang