31. ALANTA •MESSY NIGHT•

116 12 16
                                    


H

APPY READING 💕


🏵️🏵️🏵️

"Al, malam ini gue boleh nginap di rumah lo, nggak?" tanya Renata pada Alena.

"Kenapa nginap?"

"Emang kenapa? Nggak boleh ya?" Renata bertanya sambil memasang wajah sendu.

"Apasih, ngapain mukanya begitu?"

"Ya udah makanya, gue nginap ya?" pinta Renata sekali lagi. Alena pun tak bisa menolak lagi, dan gadis itu pun akhirnya mengangguk.

Renata tersenyum senang lalu memeluk Alena dari samping. "Thanks ya!"

"It's ok."

Kring!!

Tepat sekali saat perbincangan keduanya usai, bel pulang telah di bunyikan.

"Al, mau nebeng sama kita? Hari ini gue bawa mobil bareng Yulia." Tere menghampiri Renata dan Alena, menawarkan tumpangan untuk Alena.

"Makasih banget, tapi hari ini gue di jemput," tolak Alena secara lembut.

"Eh? Di jemput? Sama siapa?" tanya Renata beruntun.

"Sama pacar nya ya?" Tere menatap penuh curiga pada Alena.

"Bukan lah! emang gue punya doi?" tanya Alena memasang wajah jengah.

"Oh iya juga sih. Ares kan belum ngajak pacaran," celetuk Tere membuat Renata tertawa.

"Udah ya, lanjut aja ketawanya berdua. Gue duluan!" Alena berdiri lalu melenggang begitu saja.

"Eh, dia ngambek?" tanya Tere panik.

"Ck, mana ada manusia kek dia bisa ngambek?"

🏵️🏵️🏵️

"Halo?"

"Halo, Al? Lo di mana? Gue udah di depan nih."

"Oh Iya, tunggu bentar ya. Gue ke toilet bentar."

"Oke."

Alena memutuskan sambungan telefon nya lalu bergegaslah menuju toilet. Panggilan alam sudah mengundangnya.

Alena masuk ke dalam salah satu bilik toilet yang sepi. Setelah menuntaskan panggilan alamnya, Alena kemudian memutar keran wastafel dan mulai membasuh tangan kemudian wajahnya.

Alena menatap pantulan dirinya di cermin. Tak dan yang berubah sama sekali dalam dirinya. Ia masih sama, hanya saja luka di hatinya merubah sifatnya.

Alena Manarik tisu di sampingnya lalu membersihkan wajahnya sebentar, kemudian keluar dari toilet.

Tepat saat Alena membuka pintu toiletnya, cairan dingin dan berbau membasahi wajah hingga tubuhnya.

Alena tentu saja terkejut akibat serangan tiba-tiba seperti ini. Siapapun pelakunya, Alena benar-benar marah padanya.

Alena mendengar suara tawa yang begitu Alena hafal suaranya. Refleks tangan Alena mengepal kuat. Sudah cukup Alena membiarkan kedua manusia tak punya adab seperti Calista dan Sarah ini. Ya, Alena benar-benar yakin, meskipun ia tak bisa melihat siapa pelakunya, tapi dari suaranya saja Alena yakin itu adalah Calista dan Sarah.

Demi apapun, Alena tak akan lagi memberi ampunan untuk keduanya.
Perlahan Alena menarik nafas pelan, ia tidak boleh sampai meledakan emosinya di depan mereka berdua.
Alena mengusap wajahnya lalu menatap Calista dan Sarah secara bergantian. Setelah itu, Alena pun berlalu begitu saja tanpa sepatah katapun.

ALANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang