-Jangan wajah doang yang di percantik, pemikiran juga harus jauh lebih cantik-
~Author~
🏵️🏵️🏵️
"Gue udah bilang sama lo Kak, Alena itu bisa ngerebut siapa aja. Termasuk Galang."
"Dia cuman anak beasiswa. Tapi jangan harap dia bisa dapetin hati cowok-cowok disini. Termasuk, Galang!"
"Dia udah beberapa hari ini deket sama kak Galang, kemarin aja dia di antar pulang sama kak Galang."
"Apa?! Di antar pulang sama Galang?" Calista menatap Sarah dengan penuh emosi.
"Iya kak, masa gue bohong sama lo. Gue aja di gituin sama Alena. Dia ngerebut Ares dari gue. Maruk banget kan kak?" Sarah terus mengompori.
"Sial! Dia siapa sih? Cuman anak beasiswa, mau sok-sokan deketin primadona sekolah. Dasar gadis miskin!" ucap Calista penuh emosi.
Sarah tersenyum puas saat melihat wajah marah Calista. Rencananya untuk membuat Calista membenci Alena nampaknya sudah berhasil. Jika sudah seperti ini, ia kan gak perlu susah-susah untuk menghadapi Alena yang notabenenya selalu saja membuat nya tak bisa berkutik dengan kata-katanya.
Sarah mendekati Calista dan tersenyum pada seniornya itu. "Lo harus buat dia jera kak. Dia harus tau siapa lo. Kayaknya cuman dia satu-satunya orang yang nggak berpengaruh dengan adanya lo disini. Dia itu cuek kak, gak pernah peduli sama orang di sekitarnya."
Calista melirik Sarah sebentar. "Dia emang harus tau siapa gue. Dia nggak boleh macam-macam sama gue. Terutama menyangkut dengan Galang. Pokoknya gue gak bakal biarin orang lain sama Galang kecuali gue. Galang cuman harus sama gue!" ujar Calista penuh penegasan.
Sarah menyeringai puas. Ini lah hari yang ia tunggu-tunggu. Hari di mana Calista sendiri yang akan berbuat jauh lebih sadis dari pada dirinya untuk Alena.
"Gue harap lo akan hadir di lapangan utama siang nanti." Calista bersedekap dada dan menatap lurus ke depan.
"Eh, Lo mau ngapain kak?" tanya Sarah.
"Kita buat Alena itu tau siapa gue!"
🏵️🏵️🏵️
"Tangan lo masih sakit nggak?" Sejak memulai belajar bersama di perpustakaan tadi, Alena terus saja menanyakan kondisi tangan Ares. Entahlah, Alena hanya merasa khawatir akan luka cowok itu. Jujur saja, Alena punya banyak traumatis dengan luka fisik dan juga hati tentunya.
"Lo khawatir banget sama gue ya?" ledek Ares dengan wajah menyebalkan nya.
"Nggak gitu. Tapi apa salahnya kalau gue cuman mau tau doang. Gue juga bahkan kepo, penyebab nya itu kenapa?" tanya Alena.
Ares berhenti berjalan, membuat Alena ikut berhenti. "Udah gue bilang, sekarang belum waktunya lo tau semua hal tentang gue. Lagian lo nggak biasanya kayak gini, kenapa lo jadi sebawel ini, bahkan sejak lo lihat gue luka." Ares menatap penuh tanya pada Alena.
"Gue cuman nanya, salah ya kalau gue khawatir sama temen sendiri?"
Ares menarik satu alisnya keatas, "Jadi lo khawatir sama gue?"
Alena mendesis pelan, "Semua orang juga bakal khawatir saat lihat luka lo itu Res, bukan cuman gue."
"Tapi Al, gue rasa kekhawatiran lo ini agak berbeda. Lo kayak takut banget gue kenapa-napa. Jangan-jangan lo suka lagi sama gue," tuduh Ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANTA
Fiksi Remaja"Gue hanya mau Alena. Sekeras itu dunia melarang, sekeras itu juga gue memberontak." Antares Vernando [WAJIB FOLLOW!]